Selasa, 14 Agustus 2007

Pendidikan Ignasian

Di setiap lembaga pendidikan milik Serikat Yesus, Spiritualitas Ignasian selalu menjadi visi fundamental dalam pendekatan pendidikan, terutama dalam pendampingan non-akademik terhadap para siswa. Spiritualitas Ignasian ini menjadi perspektif penting dalam pendidikan nilai dan juga pendampingan dalam pengembangan kepribadian dan kemanusiaan para siswa yang tentunya tidak sekedar mengembangkan kemampuan akademis tetapi juga menjadi pribadi yang matang, bertanggung jawab, menjadi manusia rohani dan juga peka terhadap lingkungan serta menghayati panggilannya seturut nilai-nilai kristiani.

Dalam akhir pekan yang lalu, saya berkesempatan untuk mendampingi sebuah tim yang datang dari Indonesia untuk studi banding soal Campus Ministry, yaitu sebuah pelayanan formasi spiritual dan pendidikan nilai yang sedang dirintis di sekolah-sekolah menengah milik Jesuit Indonesia. Tim ini terdiri dari beberapa Jesuit dan juga para guru dari SMA Kolese Kanisius Jakarta, SMA Kolese de Britto Yogyakarta, dan SMA Kolese Loyola Semarang. Mereka datang dan menyempatkan diri selama satu minggu untuk mempelajari bagaimana sebuah Campus Ministry perlu dibangun dan dikembangkan dalam semangat Spiritualitas Ignasian. Dalam kesempatan di Filipina mereka berkunjung ke lembaga-lembaga pendidikan milik Jesuit: Sacred Heart Jesuit High School di Cebu, Ateneo High School Quezon City, dan Campus Ministry Loyola School di Ateneo de Manila University.

Yang sangat mengesankan dari kunjungan ke sekolah-sekolah ini adalah terlihatnya keseriusan dan profesionalisme dalam pendampingan terhadap formasi non-akademis untuk para siswa. Misalnya adanya jabatan khusus Wakil Kepala Sekolah untuk bidang formasi, yang menangani formasi spiritual, pendidikan nilai dan juga keterlibatan sosial para siswa di masyarakat, serta dilibatkannya tenaga-tenaga profesional dalam pendampingan spiritual para siswa. Misalnya saja, tenaga campus minister biasanya adalah mereka yang pernah belajar teologi ataupun memiliki pengalaman dalam menjalani Latihan Rohani St. Ignatius Loyola.

Pendampingan spiritual dan pembentukkan kepribadian benar-benar dirancang dan dipersiapkan secara profesional serta dijiwai oleh dinamika dalam Latihan Rohani St. Ignatius Loyola: kesadaran akan cinta Tuhan, menghayati teladan hidup Yesus, Melihat pilihan hidup sebagai sebuah panggilan seorang katolik. Setiap jenjang memiliki tema khusus yang diolah selama setahun lewat rekoleksi dan juga pendampingan personal dalam konseling yang ditangani dengan terorganisir oleh tenaga-tenaga profesional. Pihak Wakil Kepala Sekolah di bidang formasi ini juga menjalin kerjasama yang erat dengan orangtua dalam kegiatan-kegiatan seperti retret dan rekoleksi. Singkatnya, bersekolah di sekolah Jesuit yang demikian ini, pendampingan siswa secara non-akademis benar-benar diperhatikan, dan secara lebih teliti kita bisa melihat bahwa metode dan pendekatan pedagogis yang dijalankan di sekolah ini sungguh-sungguh dijiwai oleh Spiritualitas Ignasian sendiri. Tentunya dasar spiritualitas ini bertujuan untuk membentuk para siswa untuk menjadi pribadi dan juga pemimpin yang matang secara manusiawi, memiliki suara hati, menghayati nilai-nilai hidup serta kompeten dan profesional dalam bidang akademis/profesional yang digelutinya. Pendidikan macam inilah yang di jaman sekarang ini sebenarnya sungguh dibutuhkan dan perlu untuk dikembangkan dan diapplikasikan dalam sistem pendidikan.

Tentunya input yang didapat oleh tim yang berasal dari SMA Kolese Kanisius, SMA Kolese de Britto, dan SMA Kolese Loyola dari kunjungan ini tentu akan menjadi masukan yang sangat baik dalam pengembangan pendampingan dan pendidikan non-akademis di sekolah-sekolah Jesuit di Indonesia, yang sekarang ini mulai merintis dibentuknya secara profesional dan lebih serius soal Campus Ministry di Kolese-Kolese Jesuit.


Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

0 comments: