Dalam tradisi Spiritualitas Ignasian, ada dua metode doa yang sangat fundamental apabila kita mulai melakukan Latihan Rohani St. Ignatius Loyola. Dua metode doa ini kita kenal sebagai "meditasi" dan "kontemplasi". Dalam tradisi spiritualitas kristiani, secara tradisional, baik doa meditasi ataupun doa kontemplasi dapat dikenal dan dikategorikan sebagai "mental prayer". Disebut mental prayer, karena doa macam ini sungguh berbeda dengan doa-doa lisan pada umumnya seperti antara lain pendarasan mazmur secara bersama, berdoa rosario atau berdoa lisan biasa (bapa kami atau salam maria). Mental prayer lebih bertitik berat pada doa personal dan mengandaikan keaktifan dari budi, indera, imaginasi dan perasaan kita yang dipusatkan pada permenungan peristiwa-peristiwa Kitab Suci. Walaupun keduanya disebut sebagai mental prayer, namun demikian, sudah sejak abad ke-16 kedua doa ini secara fundamental memiliki perbedaan yang sangat mendasar.
Kontemplasi walaupun dipahami sebagai "mental prayer" namun isi dan metodenya tidak bersifat "diskursif". Dengan demikian, bisa dipahami bahwa doa kontemplasi lebih melibatkan afeksi, perasaan dan emosi seseorang. Ini bisa berarti bahwa seseorang lebih cenderung untuk "hanyut" dan merasa-rasakan peristiwa yang direnungkan dalam Kitab Suci lewat berbagai indera: melihat, merasakan, mengamati, mengikuti, mendengarkan, dan membatinkan. Kehadiran Tuhan lebih ditangkap dengan sikap cinta dan berserah karena merasakan kehadirannya secara dekat dalam peristiwa doa. Dalam banyak hal, kontemplasi bisa dikatakan doa yang lebih reseptif, dan lebih "bebas" dibandingkan dengan meditasi.(cf. William Shannon, "Contemplation, Contemplative Prayer", The New Dictionary of Catholic Spirituality"). Dalam banyak hal, kontemplasi berarti hadir dan ikut serta bersama Yesus dalam peristiwa Kitab Suci, melihat, mendengar dan membatinkan cara bertindak Yesus sendiri. Doa kontemplasi adalah doa yang mengajak kita untuk "berimaginasi" tentang Allah yang kita kenal. Lewat imaginasi kita, kita percaya bahwa Allah turut bekerja mewartakan dirinya dan menggerakkan emosi, perasaan, afeksi, budi dan kehendak kita untuk mencintai dan semakin membatinkan cara bertindak Allah sendiri. Tentunya, cara termudah adalah mengimaginasikan sebuah peristiwa dalam perikop kitab suci, membayangkan anda sendiri hadir disana, sebagai para murid atau sebagai outsider yang terus mengikuti Yesus. Perlahan, rasakanlah perasaan anda melihat perbuatan dan karya Yesus. Perasaan apa yang muncul? Anda juga bisa bercakap-cakap dengan Yesus dalam peristiwa tersebut. Dalam melakukan kontemplasi perlu diingat pokok-pokok penting dalam berdoa seperti sudah diulas dalam artikel sebelumnya di blog ini (silakan lihat archive).
Di sisi lain, meditasi lebih dicirikan sebagai "mental prayer" yang bersifat "diskursif", artinya lebih cenderung untuk menimbang-nimbang, berefleksi tentang gagasan dan inspirasi yang ada dalam Kitab Suci. Meditasi sangat berkaitan dengan aktivitas refleksi secara sistematis tentang ide-ide suci dan keutamaan yang ditemukan dalam peristiwa Kitab Suci yang kemudian bisa menggerakkan afeksi dan perasaan cinta pada Tuhan sendiri. (cf. Laurence Freeman, "Meditation", The New Dictionary of Catholic Spirituality). Bisa dikatakan bahwa doa meditasi lebih mengarah untuk menimbang kebijaksanaan dan keutamaan dari peristiwa-peristiwa Kitab Suci, perbuatan dan perkataan Yesus, dan mencoba merenungkannya dengan akal budi, sehingga sungguh memberi pencerahan untuk hidup kita dan membuat kita semakin tergerak mencintaiNya. Teknik meditasi kristiani secara sederhana misalnya adalah dengan merenungkan sebuah perikop kitab suci, membacanya perlahan dan merenungkannya secara mendalam bila anda terpesona atau tertarik pada sebuah kata, ungkapan yang ada. Dari situ anda merenungkan arti kata, kalimat tersebut secara kontekstual dalam hidup anda sendiri. Tentunya, sekali lagi perlu diingat pokok-pokok penting dalam berdoa seperti sudah diulas dalam artikel sebelumnya (silakan lihat archive).
Bagaimanakah Doa Kontemplasi dan Meditasi dipahami dalam semangat Spiritualitas Ignasian? Silakan ikuti artikel berikutnya...
0 comments:
Posting Komentar