Hidup dan tinggal serta sehati dengan masyarakat asli Papua sungguh merasuki hati dan panggilan Pater Eddy sendiri sebagai seorang Jesuit. Tantangan medan Papua yang ganas, sekarang sudah berubah menjadi sebuah "permata hati", yang membahagiakan karena pertama-tama banyak orang sudah terbantu lewat kehadiran Pater Eddy bersama rekan-rekan Jesuit seperjuangan di Papua dan juga Serikat Yesus. Kebahagiaannya terlihat jelas ketika usaha-usaha pastoral membuahkan hasil besar buat perkembangan masyarakat di sekitar, baik secara ekonomi, sosial, pendidikan dan juga iman katolik. Seperti layaknya seorang Jesuit sejati, Pater Eddy dengan siap sedia akhirnya pergi meninggalkan Tanah Papua, dan diutus untuk bertugas di Yap Islands. Sebuah tantangan baru. Selamat menikmati.
P. Eddy Anthony, SJ
Penegasan bersama
Masih terngiang ditelingaku suara anak-anak Mee di Waghete yang berhasil menyelesaikan studinya di tingkat SD dan SMP Yayasan Katolik.
“Patoga, apakah Serikat Yesus masih mau bertanggungjawab atas kelanjutan studi kami?”
“Baiklah, kalau kamu mencapai nilai bagus dan lulus testing di TB maka saya bantu transpotasi dan uang asrama selama setahun” demikian jawaban dari Komugaibii.
Komunitas para Jesuits di Nabire mulai menggagas dan juga mengadakan penegasan bersama untuk terlibat pada bidang pengembangan sumber daya manusia (asli) Papua dengan membuka bengkel perkayuan dan terlibat di sebuah sekolah SMA Adiluhur, membangun asrama putra dan memperhatikan asrama putri. Nabire disepakati bersama sebagai residensi rumah serikat dengan karya propria Jesuits, asrama dan Kolese Le Cocq d’Armanville.
Hatiku lega ketika selama 2 tahun sejak penegasan dibuat, anak-anak Waghete bisa melanjutkan sekolah dengan beaya relatif lebih murah.
Lebih menggembirakan lagi bersamaan dengan gagasan Serikat untuk memilih Nabire sebagai rumah residensi, pemerintah telah memulai membangun jalan darat dari Nabire tembus ke Waghete. Tahun 2001 pertama kali sepeda motor masuk ke Waghete, dan tahun 2003 pertama kali sebuah truk masuk ke Waghete. Tak pernah terbayangkan, bahwa ada sebuah truk bisa masuk dipedalaman wilayah Tiga Danau (Paniai, Tigi dan Epouto), meski lebih dari 3 hari perjalanan dari Nabire ke Waghete, harus lewat kali dan naik turun gunung dan masuk keluar hutan belantara.
Meskipun Nabire sering digoncang gempa, namun Serikat tak pernah mengelak dari komitmen hasil penegasan bersama. Sebab itu aku bisa tersenyum bersama anak-anak Mee di Waghete. Beberapa kali kami dikunjungi oleh teman-teman Jesuit dalam dalam negeri dan luar negeri. Kami memperkenalkan diri dan menunjukkan kesungguhan kami demi masa depan Mee agar mereka bisa ‘duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi’ bersama suku-suku lain dari luar Papua, dan jangan sampai terjadi ‘orang lain yang merasa kuat menduduki mereka’. Jangan sampai kami ditindas, dikibuli dan dibohongi diperlakukan tidak adil, ditindak secara sewenang-wenang. Memang kami bodoh dan bloon, kotor dan berbau, hitam dan gelap, tak banyak yang bisa baca dan tulis, buta huruf dan buta bahasa, namun hati kami tetap berhati permata.
Tidurlah permata hatiku, esok pagi matahari ‘
ad Dispersionem
Saya sebenarnya ingin melanjutkan sharing saya tentang ‘permata hatiku’ di Waghete. Akan tetapi aku ini sudah terlanjur menjadi anggota ‘ad dispersionem’ artinya anggota serikat yang bersedia disebar kemana saja. Ya benar sekali, ‘disebar’ bukan dibuang atau dicampakkan. Atau kalau mau disebut lebih spiritual, bersedia untuk diutus kemana saja. Terkadang kata ‘kemana saja’ itu menjadi peluang untuk para anggota Serikat merangkap jabatan bertumpuk-tumpuk, sehingga rasanya batok kepala bagaikan ditimpukin batu kali berkali-kali.
Ada tiga semboyan bagi anggota Serikat Provinsi Indonesia, yang dilontarkan seorang Provinsial, pada tahun 2002 yaitu Indonesia, Inclusive dan International. Maksud itu apa sebenarnya tidak begitu jelas bagi saya. Tidak jadi soal. Namun barangkali itulah yang menjadi alasan Pater Provinsial menawari saya untuk memikirkan tugas pelayanan di sebuah pulau sangat kecil di tengah lautan Pasific,
Sejak tahun 1977 sebenarnya serikat provinsi
(Bersambung)
0 comments:
Posting Komentar