Selasa, 05 Agustus 2008

Jendral Jesuit Tentang Pastoral Gereja

Berikut ini saya sajikan satu cuplikan wawancara Pater Adolfo Nicolas, SJ, Superior Jendral Serikat Jesus dengan para editor dari jurnal-jurnal yang dikelola Jesuit. Kutipan yang saya sajikan ini berkaitan dengan Gereja dan reksa pastoralnya kepada umat dewasa ini. Saya melihat poin yang disampaikan Pater Jendral sungguh menarik dan penting. Selamat membaca.

***

Dewasa ini banyak orang khususnya kaum muda mengambil jarak dengan institusi Gereja. Apakah Pater bisa memahami perilaku ini, dan mengapa banyak orang meninggalkan Gereja?

Ya saya pikir saya bisa memahaminya sungguh karena saya pun pernah mengalami hal yang sama terhadap banyak institusi. Namun demikian saya kira kita perlu memahaminya dengan lebih cermat mengingat ada banyak faktor dalam perubahan sosial budaya yang kita alami dewasa ini yang bisa mempengaruhi hal tersebut. Salah satu yang menyebabkannya adalah hasil dari kelengahan kita sekian lama. Kita tidak memberdayakan kaum awam sebagaimana kita buat di masa lalu dalam reksa pastoral kita kepada umat. Baru-baru ini saya membaca sebuah buku dari Pater Andrew Greeley, seorang sosiolog di Amerika. Buku ini memaparkan sebuah studi tentang imam-imam di Amerika Serikat. Studi ini mengungkapkan banyak hal khususnya tentang stereotype negatif terhadap para imam dan juga mempromosikan citra imam yang positif: Imam adalah pribadi yang normal dan biasa, tidak lebih buruk dari kebanyakan orang. Namun demikian, satu hal yang sungguh dikritik habis-habisan oleh Greeley adalah "budaya klerikalisme" (clerical culture). Dia mengatakan bahwa efek dari kultur macam ini adalah memburuknya pelayanan kepada umat (misalnya dalam kotbah/homili dan juga perayaan sakramen atau liturgi). Greeley membuat penelitian sosiologi yang membandingkan antara Imam Katolik dan Pendeta Protestan. Dalam 7 kategori yang digunakan dalam studi ini, Greeley menyimpulkan bahwa Pendeta Protestan memiliki performa yang lebih baik dibandingkan Imam Katolik, dalam hal sebagai berikut: keramahan kepada umat, respek kepada perempuan, dalam hal berkotbah, dalam pelayanan terhadap kaum muda, dalam hal kegembiraan dan humor dsb. Ini sungguh studi yang menarik. Lebih jauh lagi, di negara-negara yang dikatakan "negara katolik" seperti spanyol dan italia, dan beberapa tempat lain juga, anda bisa melihat bahwa pelayanan yang diberikan di paroki-paroki sangatlah minim sekali.

Di asia, saya sudah sekian lama dikejutkan oleh realitas ini. Bekerja bertahun-tahun di sebuah institut pastoral membuat saya menyadari bahwa problem yang sama juga terjadi di seluruh asia. Seringkali reksa pastoral seorang imam tidak terjadi sebagaimana seharusnya. Sebagai contoh: sakramen, yang bagi saya sungguh kaya, merupakan sebuah jalan yang sungguh menarik dan indah untuk memperkaya hidup banyak orang, karena sakramen itu sungguh berkaitan dengan hidup dan muncul dari realitas kehidupan manusia. Kita percaya bahwa kita berkomunikasi dengan Tuhan lewat sakramen. Sakramen mengalirkan rahmat untuk kita; Sakramen adalah anugerah Kristus untuk GerejaNya. Tetapi seringkali kita memutus jarak antara sakramen dan kehidupan nyata, dan menjadikan sakramen hanya sebatas ritual belaka, dan tidak berkaitan dengan hidup nyata sehari-hari. Sudah begitu lama kita mendengar keluhan dan tuduhan demikian, dan memang dalam banyak hal ungkapan itu merupakan sesuatu yang sungguh benar. Karl Bath sendiri mengatakan bahwa Gereja Katolik tidak memiliki "Teologi Perkawinan" tetapi hanya "Teologi Perayaan Perkawinan". Saya pikir ini berlaku juga untuk berbagai sakramen lainnya. Kita tidak memberikan kepada umat arti dan esensi sakramen yang sesungguhnya karena kita sudah melupakan asal-usulnya dan hanya memberikan kepada mereka bentuk rumusan dan ritual yang sudah paten: Rumusan dan ritual bahwa kita memiliki 7 sakramen dan harus dirayakan dengan cara-cara tertentu. Kurangnya keterkaitan antara pengalaman batin dan rohani dengan hidup real secara nyata telah membuat banyak keluarga dan komunitas dalam Gereja sungguh lemah. Dan sekarang ini kaum muda berhadapan dengan budaya baru dengan segala tantangannya. Mereka tidak memiliki sesuatu yang bisa menjadi inspirasi/pegangan hidup atau yang sama-sama atraktif. Inilah sebabnya mereka lebih tertarik untuk terlibat di dalam sekte-sekte dan gerakan-gerakan lainnya. Sekali lagi, vatikan sebenarnya sudah membuat studi yang hebat sekitar 20 tahun yang lalu berkaitan dengan sekte-sekte dan gerakan spiritual, dan mengapa banyak orang bergabung di dalamnya. Kita tidak pernah memperhatikan studi ini secara serius. Studi sudah dibuat, banyak poin terungkap di dalamnya, namun kita tidak juga pernah mengatakan: "inilah yang harus kita ubah dalam komunitas-komunitas kita". Dalam banyak hal lain, ini seringkali terjadi juga.

Gereja seringkali begitu buruk dalam pelayanan pastoralnya. Konsekuensi dari hal ini sebagaimana kita lihat adalah adanya sebagian orang yang memisahkan diri dari kristianitas maupun dengan Gereja. Di asia, buat saya hal ini selalu menyedihkan, karena yang saya lihat adalah bahwa buddhisme sungguh kuat disana. Buddhisme tidak memiliki doktrin, tidak memiliki perayaan liturgi, sangat minim dengan kewajiban-kewajiban, namun demikian jutaan orang tetap bertahan sebagai buddhist. Mengapa demikian? Karena inti dari "reksa pastoral" buddhisme adalah memberikan pengalaman dan membantu banyak orang lewat meditasi, pencapaian kedamaian dan kebebasan batin. Ya, kita juga seringkali memberikan latihan-latihan dan ritual pula, namun kita sangat kurang dalam memberikan kepada umat tentang semangat dan roh yang menjiwai dan memberi hidup dalam latihan-latihan dan ritual yang kita lakukan. Dalam pandangan saya, ini adalah masalah yang penting, dan ini sungguh berkaitan dengan pernyataan saya sebelumnya. Saya ingin agar kita para Jesuit selalu berbuat secara mendalam pada hal apapun yang kita buat. Misalnya, bila kita di paroki, paroki tersebut harus sungguh-sungguh "dirombak total"dan "revolusioner": Kita harus tanggap terhadap anak-anak, kaum tua, kaum muda dan juga pasangan-pasangan muda serta menemukan kebutuhan mendalam mereka dan bagaimana bisa melibatkan mereka. Paroki kita harus menjadi Paroki Jesuit, bukan hanya paroki yang baik dimana setiap orang merasa baik-baik saja. Kita perlu menghadirkan pengalaman akan Tuhan yang mendalam di dalam paroki Jesuit. Saya tahu ini tidak mudah. Bila kita punya sekolah, sekolah itu harus memiliki kekhasan dari sekolah lain. Di sini saya kira semangat Magis menjadi relevan: Ini soal totalitas, semangat dimana kita memiliki totalitas dalam segala sesuatu yang kita buat. Kita harus tetap memiliki relasi mendalam dengan Tuhan yang harus menjadi pokok dari segala yang kita buat. Dan sekarang masalahnya adalah bila kita tidak sungguh mendalam dan serius dalam pastoral kita, kita akan dapat masalah besar.


Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

Kamis, 31 Juli 2008

Ignatius of Legola

Berikut ini adalah video clip kisah hidup Santo Ignatius lewat lego. Clipnya sederhana tetapi menarik dan sedikit lucu. Masih dalam rangka Pesta Santo Ignatius. Selamat menikmati.



Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

Inter Nos (31/07/08)

Tidak terasa blogsite Finding God in All Things sudah berjalan selama satu tahun. Sungguh merupakan sebuah perjalanan yang singkat, tetapi sekaligus merupakan sebuah pengalaman berharga karena saya sungguh belajar memelihara sebuah blog, berusaha untuk kreatif dan dengan setia mengisinya di tengah-tengah kesibukan lain.

Blogsite ini adalah sebuah inisiatif pribadi untuk menghadirkan sebuah akses informasi kepada banyak orang yang ingin mengenal spiritualitas Ignasian dan profil Jesuit, khususnya Jesuit Indonesia. Kemudahan akses informasi di internet berkaitan dengan Jesuit dan Spiritualitas Ignasian tentunya menjadi hal yang penting dewasa ini dan lebih-lebih di tahun-tahun ke depan seiring dengan berkembangnya pola komunikasi banyak orang dewasa ini. Lebih-lebih bagi orang muda, sesuatu yang tidak eksis di internet bisa jadi dianggap sebagai sesuatu yang tidak eksis di muka bumi. Ya memang ini ekstrem, tetapi nyatanya tidak sedikit orang yang lebih cenderung memilih Google sebagai alternatif akan berbagai macam pertanyaan dan keingintahuan dalam banyak hal termasuk soal-soal pejiarahan rohani.

Perlu diakui bahwa tidak mudah mengelola sebuah blogsite, apalagi karena saya bukan seorang blogger profesional. Mungkin dari sisi finansial, tidaklah mahal mengelola www.ignatiusloyola.net ini, karena toh harga sebuah domain masih sangat terjangkau, blogger.com pun masih menyediakan blog hosting gratis dan dengan Google Apps, berbagai macam feature untuk sebuah domain bisa diwujudkan dengan cuma-cuma. Namun demikian tidaklah mudah untuk meramu berbagai macam bahan secara orisinil, bukan sekedar copy and paste dari sumber lain, dan apalagi meramu bahan-bahan spiritualitas secara menarik dan singkat padat. Menulis di blogsite memang butuh ketrampilan untuk bisa menulis pendek karena yang dibutuhkan memang artikel yang singkat bukan yang bertipe paper akademik.

Setahun memang masa yang singkat dan belum ada apa-apanya. Saya sendiri merasa setahun yang ada itu lebih merupakan sebuah "trial" untuk mencari pola dan kreativitas. Ada harapan dalam diri saya pribadi untuk mengembangkan blog ini menjadi sebuah "one stop blogsite" untuk spiritualitas Ignasian, dengan berbagai macam features dari renungan, informasi, bahan latihan doa hingga podcast. Mungkin terdengar ambisius, dan tentunya ini bukan sesuatu yang mudah, dan mungkin butuh waktu dan ekstra tenaga untuk bisa mewujudkannya. Bagi saya, kehadiran "one stop blogsite" untuk spiritualitas Ignasian berbahasa indonesia itu merupakan sesuatu yang penting, mengingat tidak sedikit umat katolik yang ingin membangun hidup rohani tetapi tidak tahu harus memulai darimana, dan mereka tidak bisa menemukan akses informasi online berkaitan dengan hal ini.

Mengapa online? Saya kira realitas online adalah sebuah fenomena yang tidak bisa terhindarkan dan mau tidak mau menjadi penting dalam pola komunikasi kita. Orang lebih sering mencari bantuan via online tentang banyak hal, dari pesan makanan, membeli barang, transaksi bank, dan bahkan termasuk soal-soal hidup rohani. PEW Internet and America Life Project sendiri pernah mengungkap bahwa 64 persen pengguna internet di amerika misalnya menggunakan internet untuk soal-soal religius dan keagamaan. Di blogsite ini, paling tidak sudah ada beberapa orang yang akhirnya bisa menjumpai beberapa contact person secara personal dengan beberapa Jesuit untuk berbicara lebih jauh soal spiritualitas Ignasian dan hidup rohani setelah mereka menemukan blogsite ini. Sebagian besar mengikuti blog ini setiap hari. Dari tracking dan hit counter yang ada paling tidak perharinya ada 20-an visitor dan juga ditambah mereka yang berlangganan via email. Sebagian besar berasal dari Indonesia, US, Singapore dan Australia. Tidak terlalu banyak, tetapi saya tetap berharap ini berguna.

Di berbagai tempat di luar negeri, Serikat Jesus sudah begitu aktif menghadirkan spiritualitas Ignasian lewat media online. Paling tidak banyak tercatat ada pray as you go dari Jesuit di Inggris, atau juga Sacred Space oleh Jesuit Irlandia, Renungan harian Creighton University atau College of The Holy Cross, dan bahkan dari Curia SJ di Roma pun sudah membuat portal web Jesuit yang sangat informatif. Belum lagi misalnya kehadiran Jesuit dalam berbagai video clip seperti banyak dibuat oleh Provinsi SJ Chicago, Detroit dan Wisconsin, Jesuit Communications, Philippines. Mungkin di Indonesia, peluang kerasulan di area blogosphere dan multimedia di internet ini belum dilirik dan dilihat potensinya.

Selain Blogsite, IgnatiusLoyola.Net juga memiliki email dan fasilitas instant messenger dengan memanfaatkan Google Apps (standard edition). Alamat email ini bisa diintegrasikan dengan program Gtalk, dan memiliki fitur yang sama dengan Gmail (antara lain: fasilitas POP3/IMAP, email forwarding, berkapasitas lebih dari 6GB-and still counting-, akses mobile, dsb.). Tentunya ini mengantisipasi rencana ke depan soal networking dalam konteks pengembangan dan spiritualitas Ignasian dalam sebuah komunitas/kelompok. Mungkin ini mimpi, tetapi untuk sesuatu yang positif tidak ada salahnya bermimpi. Bila anda tertarik menjadi kontributor dan bersama-sama mau belajar berpartisipasi dan mengelola blog ini, khususnya juga mau mengenal spiritualitas Ignasian silakan kontak saya. Keterlibatan anda sekalian tentu akan bermanfaat secara positif disini.

Tentunya saya mengharapkan dukungan, komentar dan saran anda sekalian.


Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

Pesta Santo Ignatius Loyola

Hari ini adalah Pesta Santo Ignatius Loyola, pendiri Serikat Jesus, seorang mistikus dalam Gereja Katolik, pemimpin rohani yang unggul dalam Serikat Jesus.

Mungkin bagi sebagian umat katolik, merayakan pesta nama seorang santo bisa jadi sudah kehilangan makna dan relevansinya. Tidak jarang kita menjumpai sebagian orang yang tidak tahu sejarah dan asal usul santo pelindungnya. Maka, kalau kita merayakan Pesta Santo Ignatius, bagi kebanyakan orang, apalagi orang modern jaman ini, adakah hal yang relevan dari Santo berkaki pincang ini untuk kita renungkan bersama?

Sebagian orang mungkin bisa melihat dan menganggap Ignatius sebagai seorang santo tipikal abad pertengahan: seorang pendoa, seorang yang bijaksana, asketik/bermati raga, dan seorang beriman. Para Santo/Santa, karena disiplin diri yang kuat, semangat asketisme yang hebat, dan penyangkalan diri, kadang-kadang terkesan tidak menarik dan tidak mengesankan. Kalau Ignatius hanya dipandang semata-mata dari perspektif tentang santo-santa yang demikian ini, saya yakin tidak akan banyak orang muda dari generasi ke generasi selama berabad-abad mau mengikuti jejaknya.

Teman-teman Ignatius selama kuliah di Paris, tidak hanya melihat Ignatius sebagai orang yang asketik/bermati raga tetapi juga merupakan seseorang yang sungguh antusias dengan jamannya, akrab dengan perkembangan jaman dan sesuatu yang baru di jamannya waktu itu. Singkat kata, walau menjadi seorang yang sangat religius, Ignatius juga bergaul secara dekat dengan hiruk-pikuk dunia dan menikmati kegembiraannya. Ignatius justru tidak menganjurkan teman-temannya untuk ikut latah dalam praktek-praktek kesucian yang tidak relevan seperti misalnya mati raga yang berlebihan. Kalau kita melihat apa yang dianjurkan Ignatius misalnya dalam berbagai suratnya, sangat mungkin mendapati kesan bahwa anjurannya bisa diinterpretasikan melawan arus tentang persepsi "kesucian" jaman itu, dan malah cenderung "duniawi".

Dalam konsepnya ketika menulis Konstitusi Serikat Jesus, beliau menggarisbawahi sebuah pandangan bahwa dunia ini adalah baik adanya. Ignatius melihat dunia sebagai sesuatu yang indah, penuh dengan karya dan keagungan Tuhan. Maka tak heran ketika beliau mengirim banyak anggota Serikat Jesus ke berbagai penjuru dunia, dalam korespondensinya beliau selain meminta para Jesuit melaporkan karya apostolik mereka, juga mendapati laporan-laporan menarik lainnya berkaitan dengan situasi tempat para Jesuit tersebut bekerja: budayanya, bahasa, alam dan tumbuhannya, adat istiadat, musim dan cuacanya, bahkan sampai dengan soal-soalnya yang berkaitan dengan ilmu alam, astronomi dan juga budaya.

Kecintaannya pada dunia terlihat dari ciri khas sekolah-sekolah yang didirikan oleh Jesuit pada jaman itu. Sekolah-sekolah Jesuit jaman itu mengadopsi pendidikan gaya rennaisance yang selain mengintegrasikan seni dan sastra juga merupakan sebuah apresiasi mendalam terhadap budaya yunani dan romawi. Dari pola pendidikan inilah dari banyak sekolah Jesuit pada waktu itu muncul penulis-penulis dan pemikir yang ulung.

Ignatius adalah seseorang yang mencintai dunia. Mungkin bukan tipikal seorang santo yang "menolak" dunia, sebaliknya Ignatius sangat dekat dengan mentalitas jaman dan berusaha untuk merangkul banyak orang di jamannya merengkuh kekayaan dunia dan mempersembahkannya kepada Tuhan sendiri.

Dengan latar belakang itu, mungkin kita bisa memahami mengapa misalnya banyak Jesuit dewasa ini melakukan pekerjaan yang bukan tipikal seorang pastor atau religius. Ada Jesuit yang bekerja sebagai dosen, ekonom, ilmuwan, ahli komputer, psikolog, konselor, ahli pendidikan, pekerja sosial, pemusik, seniman, broadcaster dan banyak bidang lainnya. Ignatius sendirilah yang telah memulainya sejak awal. Ignatius ingin mengajak kita semua untuk menyadari sungguh indahnya dunia. Ignatius ingin supaya para Jesuit yang bekerja di berbagai bidang tersebut untuk sungguh bisa memanfaatkan dunia yang kompleks, indah dan penuh pesona ini sebagai sebuah medan untuk pada akhirnya membawa semakin banyak orang mencintai penciptanya. Dunia perlu kita rangkul dan dari situ pula kita mengusahakan kesucian: menjadi semakin manusiawi, menjadi semakin "mendunia" tetapi tetap demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar.

Seringkali kita merasa bahwa kesucian tidak mungkin berawal dari kecintaan kita pada dunia. Kita sering berpikir untuk bisa suci kita perlu menyangkal hal-hal yang berbau "duniawi" dan lebih memfokuskan diri pada perbuatan-perbuatan saleh. Ignatius selalu mengajak kita untuk mengenal sungguh potensi kemanusiaan kita, mengenal lingkungan kita, mengenal kelemahan kita dan pada saat yang sama memahami hidup kita di dalam dunia ini merupakan sebuah pejiarahan bersama Tuhan sendiri.

Selamat Pesta Santo Ignatius!

AD MAIOREM DEI GLORIAM!


Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

Rabu, 30 Juli 2008

Ad Maiorem Dei Gloriam- Novena Hari 9

Ambillah ya Tuhan Kebebasanku
Kehendakku, budi ingatanku
Pimpinlah diriku dan Kau kuasai
Perintahlah, akan ku taati

Hanya rahmat dan CintaMu padaku
Yang ku mohon menjadi milikku
Hanya rahmat dan cinta dariMu
Berikanlah menjadi milikku

Lihatlah semua yang ada padaku
Ku haturkan menjadi milikMu
Pimpinlah diriku dan Kau kuasai
Perintahlah akan kutaati

Doa yang sering kita dengar ini adalah bagian dari Latihan Rohani St. Ignatius (no.234), yang bisa menjadi sebuah "ringkasan" perjalanan hidup Ignatius: Mengabdi Sang Pencipta. Keinginannya adalah mengabdi Tuhan, membawa orang kepada Tuhan dan mencintai orang miskin. Kita mungkin bisa bertanya, darimanakah energi yang Santo Ignatius dapatkan sehingga ia berani meninggalkan Puri Loyola yang megah dan status kebangsawanannya, pergi berjiarah, menjadi pengemis, kembali ke bangku sekolah dan belajar hingga mendirikan Serikat Jesus? Sebuah pejiarahan hidup yang sangat panjang dan tentunya melelahkan.

Satu-satunya jawaban adalah: Perasaan dicintai oleh Tuhan yang begitu besar. Ya, perasaan cinta Tuhan yang begitu besar inilah yang menggerakkan Ignatius. Energi yang dia dapat bersumber dari pengalaman dicintai oleh Tuhan sendiri yang begitu besar. Kisah Ignatius adalah kisah seorang santo yang sangat manusiawi. Dia tidak lepas dari ketakutan, kesepian, godaan atau kelemahan-kelemahan manusiawi lain. Namun alih-alih lari dari realitas itu, Ignatius malah berani menghadapinya, merasakan godaan yang ada dan akhirnya menjadi peka akan kelemahan diri, gerakan roh baik dan jahat serta karakter dirinya. "Menjadi suci adalah menjadi semakin manusiawi, bukan menjadi sempurna", mungkin begitulah kisah Ignatius bisa kita lukiskan. Artinya, dengan merengkuh nyata kemanusiawian kita, lengkap dengan segala kelemahan dan kedosaan, kita semakin juga merasakan cinta Allah yang besar dalam seluruh perjalanan hidup kita. Dalam kelemahan kita, Allah pun bekerja, dan seringkali kita menemukan bahwa pengalaman jatuh kita merupakan sebuah ajakan untuk bertemu Dia dan juga ajakan untuk mengenal diri kita secara lebih mendalam. Disinilah cinta Tuhan sungguh menjadi lebih nyata.

"Menjadi suci adalah menjadi semakin manusiawi, bukan menjadi sempurna"

Apakah anda pernah merasakan cinta Tuhan? Dimanakah dan bagaimanakah cinta Tuhan itu anda terima dan rasakan? Apakah dalam kelemahan dan pergulatan diri anda, anda pernah menemukan dan berjumpa dengan Tuhan sendiri? Sejauh mana perjumpaan itu membekas dan sungguh mengubah diri anda? Darimanakah energi yang menggerakkan hidup anda sekarang? apakah hidup kita hanya digerakkan semata-mata atas kebutuhan untuk "survive", semata-mata hanya karena kita harus bekerja, mencari uang, menghidupi diri atau keluarga? atau adakah dimensi spiritual dari apa yang kita kerjakan dalam hidup ini? Dimanakah Tuhan dalam hidup anda?

Mungkin ada baiknya kita menyisihkan waktu untuk merenungkan hal ini....dan akhirnya bisa bertanya sebagaimana Santo Ignatius pun bertanya dalam dirinya kepada Kristus yang tersalib:

"Apa yang telah kulakukan untuk Dia"
"Apa yang sedang kulakukan untuk Dia"
"Apa yang akan kulakukan untuk Dia"

Ad Maiorem Dei Gloriam- begitu semboyan dari Ignatius, yang artinya Demi Kemuliaan Tuhan yang Lebih Besar. Apakah hidup kita adalah wujud ekspresi "ad Maiorem Dei Gloriam"? Semoga!

Bisa anda tutup dengan Novena St. Ignatius


Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

Selasa, 29 Juli 2008

Ignatius dan Desolasi- Novena Hari 8

Dimanakah Tuhan ketika kita kesepian? Dimanakah Dia ketika kita terpuruk dalam kelemahan kita? Dimanakah Dia ketika penderitaan datang? Rasanya pertanyaan-pertanyaan tersebut sangatlah tidak asing dalam hidup kita. Apakah Tuhan sungguh meninggalkan kita pada saat-saat yang demikian?

Membaca kisah hidup Santo Ignatius dari hari ke-1 hingga hari ke-7, kita bisa melihat bahwa dari pertobatannya, hidup Ignatius selalu diwarnai dengan kesepian jiwa atau kesepian rohani selain kegembiran dan semangat rohani atau batin yang luar biasa pula. Dalam pertobatannya, kesepian pun dirasakan. Dalam perjalanan rohaninya seringkali dia merasa lelah, putus asa, sendirian, pun bila itu semua adalah demi Kemuliaan Tuhan yang lebih besar.

Kesetiaan Ignatius dan keteguhan iman Ignatius-lah yang membuat imannya berbuah dan semakin meyakinkan dia bahwa Tuhan hadir. Kesepiannya tidak membuat Ignatius goyah iman, tetapi dengan sabar mencoba "menjiarahi" batinnya, menyelami alam kesepian dan berjumpa dengan Tuhan sendiri disana. Kesepian, ibarat Tuhan yang diam, tetapi tetap hadir menemani kita untuk berani masuk ke dalam "gelap", menyelami relung hati kita, dan terkadang melihat wajah kita yang sesungguhnya.....wajah yang seringkali tidak berani kita tatap sungguh-sungguh, karena penuh dengan kelemahan dan dosa kita.

Inilah yang dalam Spiritualitas Ignasian disebut dengan desolasi (kesepian rohani). yang harus dihadapi dengan dengan besar hati dan sikap berserah kepada Tuhan. Ini mengandaikan iman dan harapan yang besar akan cinta Tuhan sendiri. Kita kiranya bisa sungguh belajar dari Ignatius. Latihan Rohani-nya yang dahsyat itu adalah hasil buah iman dan kepercayaan yang sungguh besar akan kasih Tuhan, dan juga menunjukkan sikap kerendahan hati seorang Ignatius.

Saya mengajak anda merenungkan saat dimana kita berada dalam kesepian rohani dan batin, dan merenungkan sungguh bagaimana kita menghadapinya dengan iman. Video clip lagu berikut kiranya bisa membantu kita semua untuk merenungkannya.



Dilanjutkan dengan Novena Santo Ignatius


Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

Senin, 28 Juli 2008

Ignatius di Roma- Novena Hari 7

Ignatius dan para sahabatnya setelah diteguhkan dalam Latihan-Latihan Rohani, bertekad teguh untuk mengabdikan diri mereka kepada Gereja. Itulah sebabnya, Ignatius pada tahun 1537 pergi ke Roma untuk memberikan diri mereka pada Bapa Suci dalam semangat ketaatan kepada Gereja.

Ignatius sungguh diterima oleh Paus Paulus III pada waktu itu, dan dalam kesempatan itu Ignatius juga mengungkapkan keinginan mereka untuk pergi ke Yerusalem dan bekerja disana sebagai sebuah impian dan cara untuk melayani Gereja. Agaknya Bapa Suci sendiri tidak terlalu antusias untuk mengirim mereka ke Tanah Suci, dan sebaliknya dalam sebuah kesempatan, secara spontan Bapa Suci pernah mengatakan “Mengapa kamu begitu ingin pergi ke Yerusalem? Itali bisa menjadi sebuah Yerusalem kalau kalian memang sungguh-sungguh mau bekerja bagi Gereja”. Nampaknya perkataan Bapa Suci ini dalam kesempatan berikutnya sungguh menjadi nyata.

Roma pada waktu itu terancam bahaya kelaparan, banyak gelandangan, pengungsi dan juga tingkat pertumbuhan ekonomi yang buruk akibat adanya perang Turki yang mempengaruhi stok pangan dan kebutuhan hidup lainnya. Setting kota yang seperti ini menjadi kesempatan buat Ignatius dan kawan-kawannya untuk berbuat sesuatu membantu banyak orang yang menderita dalam kegiatan social. Kegiatan Ignatius ini menjadi sungguh signifikan dan besar sampai-sampai ribuan orang sudah dilayani oleh mereka. Lambat laun mereka mulai sadar bahwa impian pergi ke Yerusalem bukanlah sesuatu yang realistis, mengingat situasi politik dan ekonomi, dan apalagi kalau melihat apa yang ternyata bisa mereka buat di Roma pada waktu itu.

Renungan:

Dalam spiritualitas Ignasian, impian atau keinginan seringkali merupakan pintu masuk untuk menemukan hidup anda dan juga bahkan menemukan kehendak Tuhan sejauh anda mau membawa dan menimbang-nimbangnya di dalam doa dan percakapan hidup anda.

Setiap kali kita melakukan Latihan Rohani, ataupun berdoa secara Ignasian, kita selalu diajak meminta rahmat secara spesifik, yang kita dambakan di awal doa kita. Mengapa demikian? Karena doa dan hidup kita adalah 2 hal yang integral dan terkait satu sama lain. Rahmat Tuhan bekerja lewat kodrat kita sebagai manusia dengan segala dimensinya. Dalam impian-impian kita, energi untuk hidup dan berkembang itu sungguh nyata dan tumbuh. Integrasi keduanya dalam doa dan lewat pembedaan roh sebenarnya merupakan inti pokok dalam spiritualitas Ignasian.

Sekarang soalnya adalah: apakah anda masih berdoa dan memiliki impian hidup? Ataukah 2 hal ini seringkali merupakan 2 hal yang terpisah? Sejauh mana hidup anda merupakan hidup yang terinspirasi dari doa-doa anda? atau hidup anda hanya terinspirasi dari impian anda saja? Ataukah anda hanya hidup dari harapan-harapan kosong doa anda yang lepas dari realitas sehari-hari? Masihkah menemukan ruang dimana energi dalam impian anda itu anda "timbang-timbang" dalam doa dan percakapan anda dengan Tuhan?

Bisa ditutup dengan Doa Novena St. Ignatius Loyola


Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

Minggu, 27 Juli 2008

La Storta- Novena Hari 6

Tahun 1536, pada waktu itu Inigo sudah ditahbiskan menjadi imam, dan mengubah namanya menjadi Ignatius. Dalam perjalanannya menuju Roma, Ignatius berdoa di sebuah kapel di La Storta, dan rupanya pengalaman di La Storta ini merupakan salah satu pengalaman penting dalam konteks pejiarahan rohani Ignatius. Mengapa demikian?

Dalam doanya di Kapel La Storta, Ignatius mengalami sebuah pengalaman rohani mendalam dimana dia melihat Allah Bapa menempatkan dirinya di samping PutraNya Yesus. Pengalaman rohani ini merupakan sebuah pengalaman rohani yang transformatif bagi Ignatius karena meyakinkannya bahwa doanya sungguh terkabul. Dia selalu meminta kepada Tuhan, dalam doa-doanya,supaya ditempatkan bersama dengan Kristus sendiri, dan sekarang entah bagaimana, dia mengalami sebuah pengalaman rohani yang begitu "agung" tetapi sekaligus "misteri". Pengalaman La Storta ini bagi Ignatius semakin meneguhkan keinginannya mengabdi Allah dan Gereja, dan juga hidupnya dalam Serikat Jesus.

Renungan:

Berefleksi dari pengalaman Ignatius di La Storta, apakah anda pernah mengalami pengalaman personal "berjumpa dengan Allah" dalam doa-doa anda? Apakah anda pengalaman perjumpaan itu menyentuh realitas hidup anda? Sejauh mana perjumpaan itu memberikan pencerahan dalam diri anda tentang makna dan arah hidup anda? Apakah itu memberi energi dan inspirasi baru untuk anda? Ataukah anda hanya memahaminya sebagai sebuah moment "sentimental" dalam doa?

Apakah doa-doa anda sungguh menggerakkan anda secara integral? atau hanyakah itu menjadi sebuah rutinitas harian yang lama-kelamaan menjadi kosong dan membosankan?
Dilanjutkan dengan Novena St. Ignatius


Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

Sabtu, 26 Juli 2008

Para Jesuit Pertama-Novena Hari 5

Perjuangan Inigo belajar bahasa latin dengan penuh kerendahan hati, demi cita-citanya melayani Gereja mulai membuahkan hasil. Dia berhasil menyelesaikannya dan sekarang Inigo mulai memasuki kehidupan universitas: Studi di Paris.

Di Paris, karisma Inigo rupanya menarik hati teman-temannya yang tinggal bersamanya. Kedekatan Inigo dengan beberapa orang seperti Fransiskus Xaverius, dan Petrus Faber ternyata menggerakkan Inigo untuk mau berbagi pengalaman rohaninya di Manresa. Pengalaman rohani tentang doa dan pembedaan roh, ternyata sungguh mengubah hidup kedua orang sahabatnya ini. Pengalaman dan catatan-catatan rohani Inigo tentang doa dan pembedaan roh inilah yang sekarang kita kenal dengan Latihan Rohani Santo Ignatius. Rupanya, efek dari Latihan Rohani ini sungguh bergema, sehingga dalam beberapa tahun, persahabatan orang-orang ini berkembang sampai 7 orang.

Pada tanggal 15 agustus 1534, dalam sebuah rekreasi bersama mereka semua akhirnya berjanji untuk melayani Tuhan dan berikrar bersama sebagai Sahabat-sahabat Yesus, alias Serikat Jesus. Menarik, bahwa mungkin SJ adalah satu-satunya ordo religius dalam Gereja Katolik yang cikal bakalnya muncul dalam rekreasi bersama di sebuah taman di kota Paris.

Renungan:

Pernahkah anda merasakan bahwa pengalaman rohani anda mengubah hidup anda secara fundamental? Apakah hidup rohani anda sungguh merupakan sebuah pengalaman hidup yang integral ataukah hanya semata-mata ritual belaka?
Apakah anda memiliki "teman rohani" dimana bisa saling berbagi satu sama lain tentang insight ataupun inspirasi hidup? Sejauh mana pertemanan itu bisa saling memperkaya satu sama lain?

Bisa dilanjutkan dengan Doa Novena St. Ignatius


Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

A Day In The Life of Pope Benedict XVI

Pernah membayangkan bagaimanakah kegiatan Bapa Suci sehari-hari, atau membayangkan seperti apa ruangan di apartemen Kepausan di Vatikan? Silakan simak video clip yang satu ini.


Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

Jumat, 25 Juli 2008

Inigo dan Kerendahan Hati- Novena Hari 4

Perjalanan hidup Inigo setelah Manresa dipenuhi dengan kekecewaan, tantangan dan frustrasi. Keinginannya untuk mengajarkan injil dan berkotbah pun membawanya berurusan dengan lembagai Inkuisisi Gereja. Bagaimana mungkin seorang awam, pada waktu itu, yang tidak pernah mengenyam pendidikan seminari mau berkotbah? Otoritas Gereja dan bahkan sekuler rupanya menentang niat mulia Inigo ini, karena dikuatirkan hanya akan menyesatkan orang. Inigo tidak patah semangat. Dia tetap berusaha dan gigih untuk bisa melayani banyak orang walaupun harus menghadapi tantangan dari banyak sisi.

Dia sadar bahwa cara satu-satunya untuk dapat diterima secara kredibel di mata Gereja adalah dengan ditahbiskan. Untuk itu dia rela kembali untuk mengenyam pendidikan, belajar bahasa latin dan juga teologi. Di usianya yang menjelang 40 tahun, dia rela untuk bersama belajar bahasa latin dengan anak-anak usia 20 tahunan. Sikap rendah hatinya ini berbuah besar di kemudian hari.

Renungan:

Ingatkah anda akan masa-masa dimana anda merasa banyak memiliki tantangan dan halangan dalam mewujudkan cita-cita dan harapan yang baik dalam hidup anda? apakah anda dengan rendah hati tetap teguh memegang cita-cita itu, dan berusaha dari langkah ke langkah untuk mewujudkannya? Apakah anda pernah merasa malu, rendah diri karena dianggap tidak kompeten dalam usaha anda ini?

lihatlah kembali pengalaman anda itu, dan bagaimana anda menyikapinya. Bagaimanakah pengalaman Inigo bisa menjadi inspirasi buat anda?


Bisa dilanjutkan dengan Novena St. Ignatius


Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

Kamis, 24 Juli 2008

Inigo dan Pembedaan Roh-Novena Hari 3

Pengalaman Inigo di perbukitan dekat Biara Montserrat membuahkan pengalaman rohani yang begitu mendalam dan memantapkan tekadnya untuk membaktikan diri pada Tuhan. Penyerahan pedang di atas altar, dan juga memberikan pakaian kebangsawanannya kepada pengemis sungguh menggambarkan sikap batin Inigo yang total. Rupanya pengalaman rohaninya begitu dahsyat dan transformatif sampai-sampai menggerakannya untuk berbuat secara total pula.

Inigo, memutuskan untuk berjiarah ke Yerusalem dengan kapal dari Barcelona. Namun sebelum berangkat ke Barcelona, dia memutuskan untuk "turun gunung" dan tinggal beberapa hari di Manresa. Semangatnya masih meluap-luap. Pengalaman rohaninya masih "hangat" sehingga dengan tekad bulat dia pun menghidupi dirinya sebagai pengemis di Manresa, dan tinggal di tepi sungai. Ya, inilah cara hidup seorang pejiarah.

"Turun gunung" rupanya tidak selalu menyenangkan. Inigo harus menghadapi realitas. Panas dan berdebunya dunia harus dirasakan ketika dia mau menghidupi "impian-impian" salehnya. Berjuang hidup sebagai pejiarah dan pengemis membuat dia bertemu dengan "setan" dalam dirinya. Kerinduan akan nostalgia di Puri Loyola, kesepian batin, sampai akhirnya keinginan untuk bunuh diri mewarnai hari-hari inigo di Manresa. Ternyata keinginan untuk hidup baik, mewujudkan impian, mewujudkan harapan dan tekad dalam doa-doa bukanlah sesuatu yang mudah dalam realitas.

Naik turunnya dorongan batin dan suasana hati Inigo rupanya menjadi guru yang baik baginya untuk memahami gerak batin dan gerak roh; untuk semakin memahami bagaimana Tuhan menyentuhnya dan berkarya dalam hidup. Dia menjadi peka dan belajar menghadapi dorongan batin, melihat kelemahan diri dan juga memahami cinta Tuhan secara realistis. Godaan dan dorongan batin yang ada sungguh mengajarkan kepada Inigo bagaimana menggunakan perasaan, reaksi dan ingatan serta kehendak, mencari kehendak Tuhan dan menemukan jalan yang membawanya kepada Tuhan.

Renungan:

Ingatlah saat-saat pengalaman "puncak" ketika anda begitu merasa dekat dengan Tuhan dalam doa-doa anda, dimana anda penuh dengan inspirasi dan semangat. Ingatlah juga ketika anda harus membawa buah-buah doa itu ke dalam realitas harian. Apakah kegembiraan dan semangat itu tetap bertahan ketika anda menghadapi problem dan realitas hidup sehari-hari? Apakah hanya lalu lenyap ditelan oleh rutinitas, arus jaman, pengaruh buruk, atau karena kita tidak berpendirian?


Ketika anda mengalami dinamika "manresa" yaitu ketika mencari atau mewujudkan kehendak Tuhan dalam hidup anda, yang anda dapatkan dari pengalaman doa-doa, apakah anda sungguh peka terhadap gerakan-gerakan batin yang ada dalam diri anda? Sejauh manakah gerakan batin, godaan-godaan dan keinginan-keinginan sesaat yang anda alami dimengerti sebagai sebuah jalan untuk semakin berkembang dan matang dalam hidup rohani dan juga hidup pribadi?


Setelah sejenak merenungkan, silakan anda lanjutan dengan Novena St. Ignatius


Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

Rabu, 23 Juli 2008

Inigo, Mimpi dan Pengorbanannya-Novena Hari 2

Inigo mengalami pertobatan yang radikal ketika berada dalam masa pemulihan dari cedera kakinya yang didapat dalam pertempuran di Pamplona (baca Novena Hari 1). Selama berbaring di Puri Loyola, dia banyak membaca kisah para Santo, dan juga buku-buku spiritualitas yang akhirnya mengubah perspektif hidupnya, yang semula dipenuhi dengan ambisi kebangsawan menjadi ambisi untuk membaktikan diri pada semangat-semangat religius, dan persembahan diri pada Tuhan. Pertobatan ini membuat dirinya berani untuk pergi meninggalkan Puri Loyola dan memulai pejiarahan.

Dalam perjalanan pejiarahannya, Inigo sampai di Manresa tepatnya di dekat Biara Montserrat, di atas pegunungan yang indah. Di situ dia melakukan pengakuan dosa, yang menurut tradisi biasanya dilakukan selama 3 hari. Dalam proses pejiarahan batinnya di Manresa inilah Inigo pertama kali menuliskan pengalamannya dan juga insight rohaninya yang mendalam tentang doa, yang menjadi salah satu bagian pokok dalam Latihan Rohani Santo Ignatius yang terkenal itu.

Pengalaman rohani yang mendalam di Manresa ini mengantar Inigo untuk masuk ke dalam keputusan lain yang lebih radikal, untuk mengikuti Tuhan: Dia memberikan pakaian kebangsawanannya kepada seorang pengemis, dan menukarnya dengan pakaian sederhana khas pejiarah. Dia juga menyerahkan pedangnya di atas altar sebagai simbol penyerahan atas masa lalu dan juga nilai-nilai yang dia pegang dalam hidupnya terdahulu, serta juga sebagai simbol atas komitmentnya dalam membaktikan diri pada Tuhan.


Renungan:
Dapatkah anda melihat saat-saat dalam hidup anda ketika anda dipenuhi oleh idealisme dan impian yang membuat anda berani untuk menyerahkan segala sesuatu demi impian dan idealisme yang dirasakan dalam diri anda dan menguasai hati anda? Pernahkah hidup anda dipenuhi oleh semangat dan idealisme, ataukah hanya biasa-biasa saja, membiarkan hidup mengalir saja? Dapatkah anda "seperasaan" dengan Inigo yang mengejar impian dan cita-citanya secara total?

Inigo meninggalkan pedang dan pakaian kebangsawanan untuk mengejar impian dan hasrat mendalamnya untuk mengikuti panggilan Tuhan. Dalam semangat yang sama, apakah yang pernah atau bahkan sekarang ini membuat anda berani untuk meninggalkan dan mengorbankan apa yang dianggap berharga demi sebuah impian dan cita-cita yang lebih luhur? Apakah anda adalah orang yang berani dan mau berkorban buat orang yang anda cintai, buat keluarga anda?

Bila anda merasa tidak memiliki mimpi dan impian hidup, apakah ada kemungkinan bahwa anda kurang melihat diri lebih mendalam tentang apa yang sesungguhnya anda mau dalam hidup ini? Bila anda sulit untuk berkorban atau meninggalkan masa lalu anda, apakah yang membuat anda tidak memiliki keberanian untuk melakukannya?

Tidak perlu menghakimi diri anda....tetapi tetaplah tulus dan sadar apa yang terjadi dalam diri anda. Bila anda merefleksikan hal-hal di atas....telitilah apa yang anda rasakan dan inginkan saat ini....

Bisa ditutup dengan Doa Novena St. Ignatius Loyola


Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

Selasa, 22 Juli 2008

Trivia: Serikat Jesus Bubar!!

Tepat tanggal 21 Juli kemarin, Serikat Jesus dibubarkan oleh Bapa Suci.

Benar, dibubarkan, tetapi kejadiannya terjadi 235 tahun yang lalu. Oleh Paus Clement XIV, Serikat Jesus dibubarkan, dan dekritnya diumumkan ke seluruh Eropa kecuali di Rusia, tempat dimana beberapa Jesuit "mengungsi" dan rupanya tetap menjaga "eksistensi" Serikat secara faktual. Czarina Katerina menolak untuk mengumumkan dekrit Paus tersebut di Rusia, sehingga memungkinkan para Jesuit untuk tetap bekerja di sana. Paus Clement membubarkan Serikat Jesus dengan alasan demi suasana damai di dalam Gereja lebih-lebih berkaitan dengan hubungan politik dengan negara-negara eropa.

Setelah 41 tahun resmi bubar, pada tahun 1814, Serikat Jesus direstorasi kembali oleh Paus Pius VII.


Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

Inigo dan Masa Mudanya-Novena Hari 1

Hari ini adalah Hari Pertama dari Novena Santo Ignatius Loyola. Dalam hari-hari ini kita bisa merenungkan kisah hidup Santo Ignatius dan juga bercermin dari kisah itu, perlahan-lahan melihat hidup kita sendiri, dan akhirnya berefleksi serta bisa mendoakan novena Santo Ignatius berturut-turut sampai tanggal 30 Juli. Berikut ini kisah Santo Ignatius, untuk hari pertama.
***

Inigo, begitulah nama Ignatius Loyola, adalah seorang anak bungsu dari 12 bersaudara. Lahir di Basque, daerah utara spanyol dari keluarga bangsawan di Puri Loyola. Di tempat inilah Inigo dibesarkan dan memulai takdirnya dalam hidup kebangsawanan dan juga ksatria. Pada umur 14 tahun dia mulai dididik untuk menjadi bagian dari kebangsawanan Raja Spanyol.

Masa mudanya penuh dengan semangat dan gaya hidup bangsawan serta didikan untuk menjadi seorang ksatria, yang tentunya menarik hati banyak wanita dalam romantisme kebangsawanan atau juga machoisme sebagai seorang ksatria. Sulit untuk menduga bahwa garis hidup yang demikian adalah cara Tuhan "menggodok" seorang Santo

Renungan:
Sebagaimana kita merenungkan kisah hidup Inigo, apa yang anda pikirkan tentang hidup anda sendiri? Mungkin kita sering merasakan dimanakah Tuhan dalam hidup saya ketika saya berjuang jatuh bangun untuk membangun diri dan hidup yang saya impikan? Seringkali cara terbaik untuk menemukan Dia, adalah dengan tetap setia dan sabar melihat kedalaman diri dan hati tanpa judgement, tanpa prasangka, berpikir positif dan tetap percaya bahwa Tuhan hadir dan menyertai. Melihat secara realistis apa yang terjadi dalam hidup, merefleksikannya di dalam kedalaman hati kita, jujur dan tulus dengan hidup ini bisa jadi merupakan "jalur" yang baik untuk menemukan kehendakNya.
Kisah hidup berikut adalah Kisah pertempuran di Pamplona. Dalam pertempuran dahsyat antara Spanyol dan Perancis, Inigo dengan semangat gagah berani ikut mempertahankan mati-matian benteng Pamplona dari serbuah massal pasukan Perancis. Semangatnya yang pantang mundur membuatnya tetap bertahan dan mengambil alih kendali pasukan ketika pasukan Spanyol sendiri sudah banyak yang putus asa dan lari menyelamatkan diri.

Dalam pertempuran yang hebat itu, sebuah peluru meriam menerjang kakinya, meninggalkan Inigo dengan luka dan cedera yang serius. Dia pun harus dipapah pasukan Perancis sebelum akhirnya dibawa kembali ke Loyola. Cedera kakinya, yang membuatnya pincang sungguh meruntuhkan kebanggaan dirinya, ambisi pribadi, kepercayaan diri, dan juga mimpi-mimpinya. Dia menjadi frustrasi karena cedera ini seperti menyingkirkan dia dari aksi-aksi kebangsawanan yang gagah berani dan tentu saja kesempurnaan.

Saat kegagalan di Pamplona rupanya menjadi saat dimana Tuhan berkarya. Kekalahan Spanyol adalah berkat buat Inigo. Saat-saat sakitnya adalah moment penting bagi Inigo untuk merasakan sentuhan Tuhan dan membuat dirinya sungguh bisa bekerja sama dengan rahmat Tuhan sendiri. Bukankah memang seringkali moment-moment yang penting dalam perubahan hidup kita terjadi ketika kita dalam kekecewaan, tak berdaya, dan pada saat kita gagal? Saat-saat itu bisa sungguh menjadi saat dimana kita mulai memahami cinta dan hidup yang mendalam; menjadi sebuah moment dan tempat dimana kita menemukan benih-benih untuk berkembang dalam hidup.

Renungan:
Apakah ada dalam moment hidup anda yang mengingatkan anda akan peristiwa Pamplona sebagaimana Inigo alami- saat dimana anda bertindak tanpa hati-hati, dengan kenekatan dan keberanian? atau ketika anda sungguh merasa tak berdaya dan dalam kegagalan? Kalau melihat ke belakang, melihat peristiwa-peristiwa itu, apa yang bisa anda rasakan dan pikirkan sekarang ini?



Anda bisa berdoa Novena Santo Ignatius Loyola yang bisa anda download disini


Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

Senin, 21 Juli 2008

Sopir Bus dan WYD 2008

Masih dari WYD 2008. Kehadiran para kaum muda pejiarah di kota Sydney rupanya sungguh memberikan nuansa kegembiraan, keramahan dan juga cinta dan perhatian kepada banyak orang Sydney juga. Berikut ini cerita dan kesan dari seorang sopir bus di Sydney yang memiliki pengalaman berkesan selama mengantar para pejiarah. Kebaikannya mengantarkan para pejiarah yang dia lihat kedinginan walaupun dia sendiri sudah boleh pulang karena sudah selesai menjalankan tugas, membuat dia mengalami dan menyaksikan sebuah sapaan kecil tetapi mendalam yang membawa dirinya untuk sekaligus merasakan dan memahami cinta dalam sapaan yang sungguh sederhana tetapi mendalam. Semoga kita bisa belajar banyak juga dari kisah ini.
(terima kasih kepada Pak Philipus A. Basuki di Sydney yang menyampaikan cerita ini kepada saya)

--------------------------

Pilgrims' heartfelt generosity bathes the city in sunshine

By Andrew Soulis

July 21, 2008

The Daily Telegraph

I AM a bus driver with the State Transit Authority of NSW and want to commend all the pilgrims who are in our state for World Youth Day celebrations.

On Friday night I, together with other drivers, were called to attend Moore Park to assist in the conveyance of pilgrims back to Central railway station. Upon completing this task, we were directed by Radio Control to return back to our respective bus depots.

But near Central, I observed a large number of pilgrims _ nuns - literally shivering in the cold waiting for their designated bus.

I motioned for the sisters to jump on as I was willing to take them - much to their relief.

They all thought they had won the lottery and jumped up and down with delight when I told them that I would take them home.

During my travel along Elizabeth St in Surry Hills, I picked up more pilgrims waiting for buses. Then all along Cleveland St I stopped and picked up more pilgrims.

On reaching Anzac Parade at Moore Park, there was an extremely large number of pilgrims waiting in the cold for a bus.

Given the sheer number of pilgrims I had on my bus (it was completely full), I asked who was getting off where so I could form a travel plan.

There were the original sisters getting off at Kensington, then some for Kingsford, Maroubra, The Spot, Randwick Junction and Clovelly.

During the trip, one young lady approached me and said: "For your kind generosity of getting us out of the cold and making sure we get home, all of us would like to present you with a little gift to show our appreciation - we have all chipped in."

At this point, I almost broke down in tears.

After returning to my depot, I had a look inside and what I saw is indicative of what these pilgrims are really about.

Inside were chocolate bars, a bottle of water, scarfs and bandannas from Texas, WYDO8 scarfs, an apple, an orange, a banana, Australian souvenirs, a packet of chips, a souvenir key ring from Texas and various other nice things.

But the one thing that really struck me was that I found a McDonald's food voucher.

Here we have pilgrims who have worked two and three jobs to muster the money to come here to see the Holy Father.

They give the shirt off their back by giving their food voucher away as a gift to a bus driver who was concerned for them.

What a wonderful group of people these pilgrims are. These sentiments are shared with every other driver I have spoken to over the past couple of days.

Each and every one of us have said consistently, what a ray of sunshine, love and warmth descended into Sydney.

I wish they could all return soon. We would love to accommodate them again. We really love them. God bless the pilgrims in Sydney.


Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

Novena Santo Ignatius Loyola

------------------

Tanggal 31 Juli 2008 adalah Pesta Santo Ignatius Loyola. Berikut ini disajikan format doa novena kepada St. Ignatius Loyola yang bisa didoakan antara tanggal 22 Juli hingga 30 Juli.

Teks novena bisa didownload disini

------------------

Bapa Ignatius,

Dari abad ke abad, banyak orang telah menimba inspirasi hidup darimu, untuk menemukan Tuhan dalam hidup mereka sehari-hari.

Dunia kami dewasa ini semakin membutuhkan kemampuan dan kemauan untuk menemukan Tuhan di dalam segala sesuatu; Menempatkan Tuhan sebagai yang utama dalam setiap niat dan usaha kami; Selalu mencari apa yang menjadi kehendakNya, dan selalu mendambakan Cinta dan RahmatNya dalam hidup kami.

Ajarilah kami kebebasan yang hanya datang dan tumbuh karena kesetiaan kami pada karya dan kehendak Tuhan sendiri di dalam dunia ini dan di dalam hidup kami yang indah, tetapi yang sekaligus juga diwarnai dengan kedosaan, dan kekerasan yang kami lakukan kepada sesama kami.

(dilanjutkan percakapan pribadi berkaitan dengan intensi/permohonan pribadi)

Bapa Ignatius,

Dalam perjalanan hidupmu, engkau mengalami bahwa Tuhan sendirilah sahabat setia di setiap langkah. Engkau mengabdikan hidupmu kepada Tuhan untuk berperan serta di dalam karya keselamatanNya bagi umat manusia.

Ajarilah kami untuk semakin merasakan kehadiran Tuhan. Bimbinglah kami supaya kami dapat semakin menimba kekuatan dari Tuhan yang hadir dan bekerja bersama kami dan di dalam hidup kami.

Semoga dengan perantaraan doa Bapa Ignatius sendiri, Tuhan memberikan kekuatan, rahmat kegembiraan dan kedamaian di dalam diri kami, serta juga mengabulkan permohonan kami yang tulus di dalam novena ini, apabila semuanya itu memang demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar.

Bapa Kami……

Salam Maria…..

Santo Ignatius, Doakanlah kami….. AMIN


Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

Blessed Babies

Bayi manis dan lucu yang anda lihat dalam foto di sebelah ini adalah satu dari 3 bayi yang dicium oleh Bapa Suci dalam Ekaristi WYD 2008 kemarin di pacuan kuda Randwick. Tumi Le, nama bayi tersebut adalah warganegara Australia keturunan Vietnam yang masih memiliki ikatan darah dengan Santo Joseph Luu, seorang santo dari Vietnam.

Bichly Le, sang ibu, tidak pernah menduga bahwa momen yang begitu indah akan terjadi hari itu, bahwa Tumi akan dicium oleh Bapa Suci.

"Saya mengangkat dia tinggi-tinggi dengan harapan agar Bapa Suci melihat, melambaikan tangan sembari memberi berkat padanya."

"Tiba-tiba seorang petugas keamanan datang dan mengangkat Tumi. Saya kira dia akan menyuruh saya mundur, namun dia mengatakan 'it's OK. Saya membiarkan dia mengangkatnya dan Bapa Suci menciumnya. Saya spontan menangis dan itu adalah moment yang tidak pernah saya lupakan"



Moment pada saat Tumi dicium oleh Bapa Suci (menit ke 06:14-20)

Clare Hill adalah bayi lain yang dicium oleh Bapa Suci. Clare yang baru saja berulangtahun yang pertama minggu lalu rupanya mendapat "kado" istimewa dari Bapa Suci. Tak heran bahwa Peter Hill, sang ayah, turut bergembira karenanya.

"Itu adalah moment yang sangat emosional dan sungguh menjadi berkat bagi keluarga. Petugas keamanan mengangkat Clare, lalu kaca jendela Popemobile turun secara otomatis, dan Bapa Suci mencium dan memberkatinya. Banyak orang minta berfoto bersama Clare sesudah itu"


Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

Minggu, 20 Juli 2008

Kesan dari Sydney

----------
Berikut ini saya sampaikan kesan dari Pater Markus Yumartana, SJ, Pastor Mahasiswa Wisma SJ Depok yang ikut dalam WYD 2008 Sydney
----------

Pagi-pagi kesibukan luar biasa di St. Ignatius College, Riverview. Para peziarah buru2 menuju ke St. Mary's Church untuk mengikuti misa yang diikuti oleh para peserta Magis08 dan Ignatian Gathering. Para Jesuit berkumpul mengikuti misa bersama peziarah yang memenuhi gereja yang indah. Tak ada musik. Hanya nyanyian acapella, tetapi cukup meriah.

Setelah misa, dilanjutkan makan siang dan ziarah jalan kaki menyusuri Harbour Bridge yang megah menuju ke Randwick, tempat misa penutupan akan dilaksanakan. Jauhnya 10 km. Sangat melelahkan tetapi tak terasa karena peziarah membanjir seperti semut, dengan diiringi musik yang penuh kegembiran.

Sampai di Randwick, tempat pacuan kuda, peziarah sudah memenuhi hampir setiap ruang yang diberikan. Hanya yang membawa kartu pass bisa masuk. Udara sangat dingin untuk ukuran orang Indonesia. Maka setelah mendapat tempat, sleeping-bag pun segera digelar, dan menikmati kehangatannya. Doa pujian dan vigil sore hari memberi warna peziarahan.

Yang mengesan, setiap kali peserta dari Jakarta mengeluh, mereka lalu mengoreksi diri: Ah, bukan saatnya untuk mengeluh. Karena inilah peziarahan. Suasana solider amat terasa. Meskipun sebegitu banyak orang membanjiri kota Sydney, kemurah-hatian para peziarah sangat terasa. Makanan selalu berlimpah. Setiap orang mendapat satu tas hijau muda berisi makanan untuk satu hari. Lengkap dengan minuman. Bila toh ada kekurangan, dengan mudah peziarah lain memberikan bantuan. Ada suasana sharing, entah makanan, souvenir, bendera, bahkan "free hug" yang mewarnai suasana kegembiraan. Mungkin inilah semangat solidaritas yang mudah tumbuh di antara orang muda sekarang. Gampang berbagi dengan gembira.

Pengalaman itu masih terasa sampai malam ini di tempat boarding. Peserta masih saling berbagi kegembiraan, kerinduan, dan kenangan.

Semoga peziarahan orang muda sedunia di Sydney, sungguh menjadi pengalaman akan semangat Roh Kudus yang menyemangati solidaritas nyata di tempat lain.


Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

Ekaristi Puncak WYD 2008

Bapa Suci mengajak kaum muda untuk ikut memperbaharui Gereja terutama pada dewasa ini ketika Gereja sungguh-sungguh diajak untuk memperbaharui diri, serta juga mengingatkan kaum muda akan pengaruh mentalitas gaya hidup yang membawa pada kekosongan. Demikianlah salah satu pesan Bapa Suci dalam Ekaristi Puncak WYD 2008 di pacuan kuda Randwick yang dihadiri ratusan ribu orang, para pejiarah, umat katolik dan umat non-katolik yang juga ikut menyaksikannya.

Kedatangan Bapa Suci dalam ekaristi ini cukup menarik dan sensasional. Bapa Suci sempat berputar-putar dengan "Holycopter" di atas area pacuan kuda, sebelum berpindah ke Popemobile, dan berangkat menuju ke Randwick. Bapa Suci sempat mencium 3 bayi kecil yang oleh anggota keamanan Bapa Suci digendong mendekat ke Popemobile. Pers Australia menyebutkan bahwa ini adalah mobilisasi massa dan juga ekaristi terbesar dalam sejarah Australia.

Bapa Suci mengajak kaum muda untuk tetap ingat bahwa dunia dewasa ini sangat dipengaruhi oleh mentalitas dan sistem nilai yang didominasi kesejahteraan material, yang bisa berujung pada kekeringan hidup rohani dan juga kedangkalan makna hidup sebagai manusia. Maka Bapa Suci menantang kaum muda untuk menjadi agen perubahan dan berani menentang segala bentuk cara hidup dan mentalitas yang mengarah pada kedangkalan hidup, sikap apatis dan kedangkalan hidup yang bisa meracuni relasi dengan sesama.

Berikut ini kutipan homili Bapa Suci yang bisa menjadi inspirasi kita semua:

• “Love is not greedy or self-seeking, but pure, faithful and genuinely free, open to others, respectful of their dignity, seeking their good, radiating joy and beauty”
• “Hope liberates us from the shallowness, apathy and self-absorption which deaden our souls and poison our relationships”
• “God’s gift of life is welcomed, respected and cherished – not rejected, feared as a threat and destroyed.”
Bapa Suci sungguh merasakan bahwa perjumpaan dengan kaum muda dalam WYD 2008 ini sungguh memberi kesan tersendiri bagi beliau dimana sungguh dirasakan adanya vitalitas, semangat dan hidup dalam Gereja. Dalam kesempatan di akhir ekaristi Bapa Suci juga mengumumkan bahwa World Youth Day berikutnya akan diadakan di Madrid Spanyol pada tahun 2011.



Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

Vigil World Youth Day 2008

World Youth Day 2008 sungguh merupakan moment penting bagi kaum muda katolik untuk merasakan pengalaman sebagai Gereja Universal, sekaligus pengalaman nyata sebagai satu komunitas beriman katolik. Kegembiraan yang terpancar, saling mengenal antar budaya, antar negara dalam satu iman sungguh memberi makna akan kesatuan dalam iman dan juga gereja.

Hari sabtu kemarin, para pejiarah berjalan kaki menuju Randwick Racecourse, tempat dimana Misa Kudus puncak peringatan WYD 2008 akan berlangsung. Sungguh merupakan arus massa yang besar, ratusan ribu orang muda berjalan kaki menyusuri kota Sydney dalam suasana yang gembira.

Sore harinya mereka mengadakann vigil bersama Bapa Suci. Dalam liturgi vigil yang indah itu, yang kaya akan banyak sharing refleksi dari berbagai kaum muda berbagai bangsa, doa-doa yang beraneka ragam, sambutan dari Bapa Suci, dan juga Adorasi sakramen Mahakudus. Lagi-lagi, kaum muda bersama-sama mengalami peristiwa dimana mereka berdoa bersama, mendengarkan kisah dan refleksi, serta bernyanyi dan tentunya memuji Tuhan. Sungguh merupakan pertemuan kaum muda yang penuh makna dan inspiratif.

Dalam sambutannya yang cukup panjang dan khas "Ratzingerian", Bapa Suci berbicara kepada kaum muda tentang Roh Kudus. Bapa Suci mengatakan bahwa untuk memahami roh kudus hendaknya kita memahaminya lewat 3 hal pokok yang merupakan ciri roh kudus: communion, abiding love dan juga giving dan gift. Ini berarti dalam roh kudus, lewat communion, kita mengusahakan persatuan dan bukan menyebar perpecahan. Dengan cinta kita diajak untuk menebar cinta yang mempersatukan, cinta yang memberi hidup bukan cinta yang egois. Dengan giving dan gift, berarti kita dipanggil untuk menjadi sumber inspirasi akan hidup yang sejati.



Sungguh, melihat antusiasme kaum muda dan begitu banyaknya kaum muda yang bersemangat berkumpul disana, apalagi sabtu malam kemarin ketika kilau ratusan ribu lilin sungguh menerangi suasanca randwick racecourse, kita boleh berharap bahwa Gereja itu sungguh hidup dan penuh vitalitas dan semangat.


Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

Sabtu, 19 Juli 2008

Bapa Suci Meminta Maaf

Dalam homilinya pada pemberkatan Altar di St. Mary's Cathedral, Bapa Suci meminta maaf atas terjadinya kasus sexual abuse yang melibatkan imam dan religius di Australia

"Here I would like to pause to acknowledge the shame which we have all felt as a result of the sexual abuse of minors by some clergy and religious in this country"

"Indeed I am deeply sorry for the pain and suffering the victims have endured and I assure them that, as their pastor, I too share in their suffering"

“These misdeeds, which constitute so grave a betrayal of trust, deserve unequivocal condemnation. They have caused great pain and have damaged the church’s witness”

“I ask all of you to support and assist your bishops, and to work together with them in combating this evil. Victims should receive compassion and care, and those responsible for these evils must be brought to justice. It is an urgent priority to promote a safer and more wholesome environment, especially for young people”



Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

Jumat, 18 Juli 2008

Thoughts For The Day by Benedict XVI

(Taken from Holy Father's remarks at The University of Notre Dame, Sydney Australia - WYD 2008)

"You might think that in today's world, people are unlikely to start worshipping other gods. But sometimes people worship 'other gods' without realising it. False 'gods' ... are nearly always associated with the worship of three things: material possessions, possessive love, or power".


On Material Possessions


"Material possessions, in themselves, are good. We would not survive for long without money, clothing and shelter. ... Yet if we are greedy, if we refuse to share what we have with the hungry and the poor, then we make our possessions into a false god. How many voices in our materialist society tell us that happiness is to be found by acquiring as many possessions and luxuries as we can! But this is to make possessions into a false god. Instead of bringing life, they bring death"


On Possessive Love


"Authentic love is obviously something good. When we love, we become most fully ourselves, most fully human. But ... people often think they are being loving when actually they are being possessive or manipulative. People sometimes treat others as objects to satisfy their own needs. ... How easy it is to be deceived by the many voices in our society that advocate a permissive approach to sexuality, without regard for modesty, self-respect or the moral values that bring quality to human relationships!"


On Power


"The power God has given us to shape the world around us is obviously something good. Used properly and responsibly, it enables us to transform people's lives. ... Yet how tempting it can be to grasp at power for its own sake, to seek to dominate others or to exploit the natural environment for selfish purposes!"

"The cult of material possessions, the cult of possessive love and the cult of power often lead people to attempt to 'play God': to try to seize total control, with no regard for the wisdom or the commandments that God has made known to us. This is the path that leads towards death. By contrast, worship of the one true God means recognising in Him the source of all goodness, ... that is the way to choose life".


Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

The Greatest Story Ever Told....in Sydney

Sydney hari ini "disulap" menjadi sebuah panggung sengsara, menjadi sebuah Yerusalem. Tak tanggung-tanggung beberapa landmark di kota Sydney ikut "berpartisipasi" dalam proses Jalan Salib yang dilakukan dalam acara WYD 2008 Sydney sore tadi.

Kisah Sengsara dan Salib Yesus merupakan sebuah kontemplasi yang sangat mendalam bagi orang katolik. Kalau dalam WYD 2008 ini kisah ini kembali "dihidupkan" sebenarnya ini merupakan sebuah cara untuk mengajak kaum muda berdoa dan merenungkan imannya dan mengambil inspirasi dari kisah Yesus sendiri.

Ini adalah sebuah bentuk doa, kontemplasi, yang tentunya disertai harapan bahwa peristiwa Sengsara Yesus sungguh memberi makna hidup dan kebangkitan bagi iman kaum muda. Yang terjadi hari ini adalah bahwa ratusan ribu orang diajak untuk berdoa, dan meresapkan kisah hidup Yesus sendiri.

Video clip Sky News berikut ini bisa memberi gambaran kepada anda, apa yang terjadi jumat sore tadi di Sydney.



Kardinal Pell berharap bahwa Jalan Salib ini tentunya bisa memberi inspirasi bagi banyak kaum muda dan bagi mereka yang merasakan getaran religius yang bergema selama WYD 2008 ini.


Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

Pejiarah WYD Mendapat Pujian Polisi

Komisioner Polisi New South Wales Andrew Scipione memuji ratusan ribu kaum muda pejiarah World Youth Day 2008 dan menyebutnya sebagai kelompok massa kaum muda yang paling tertib, bersih dan baik yang pernah dilihatnya.

"Saya tidak pernah melihat kaum muda dalam kelompok besar seperti ini, berjalan di sepanjang kota dengan begitu tertib, gembira dan tanpa pengaruh alkohol dan obat-obatan", kata Andrew Scipione

"Ini adalah pengalaman yang menakjubkan melihat gerombolan anak muda begitu tertib, dan menunjukkan sesuatu yang baik bila kaum muda tidak dipengaruhi oleh obat-obatan dan alkohol. Ini lebih baik dibandingkan dengan massa di dalam olimpiade empat tahun lalu"

Scipione berharap bahwa kaum muda di Sydney bisa meniru perilaku kaum muda katolik yang bergembira dalam WYD 2008 ini.

"Ada banyak hal baik yang bisa dipetik dari World Youth Day ini. Bila ketertiban macam ini adalah salah satunya, kita pasti ikut senang"


Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

Yesus Disalibkan di Sydney

Moment WYD 2008 ini sungguh menjadi moment yang inspiratif bagi kaum muda katolik untuk semakin tumbuh dan bangga akan iman katoliknya. Dari perjumpaan dengan Bapa Suci, berkumpul bersama kaum muda dari berbagai negara, kegembiraan yang dibagikan bersama dan juga memaknai kembali iman katolik sebagai orang muda, tentunya akan memberikan harapan yang begitu besar bagi pertumbuhan Gereja Katolik. Iman katolik dan kegembiraan serta kebersamaan/solidaritas itu dalam pandangan saya merupakan hal yang berjalan beriringan dalam diri kaum muda.

Hari ini, menyaksikan dari layar kaca bagaimana kaum muda dalam WYD 2008 ini mengikuti prosesi jalan salib dengan penuh perhatian, bagi saya merupakan sebuah moment dimana kaum muda diajak untuk bermeditasi dan berkontemplasi tentang hidup Yesus sendiri dan tentunya juga tentang bagian pokok dalam iman katolik kita. Dengan background yang indah kota Sydney, dan juga musik, lagu dan nyanyian indah, prosesi jalan salib ini terlihat sangat dramatik dan menggerakkan. Prosesi yang dibuka dari St. Mary's Cathedral oleh Bapa Suci ini berjalan kurang lebih selama 3 jam, termasuk ketika salib dan pemeran Yesus yang memanggul salib dibawa mengarungi kawasan perairan menuju Barangaroo.

Semoga permenungan tentang Jalan Salib ini memberikan inspirasi yang nantinya tumbuh dan memberi kekuatan bagi pertumbuhan iman kaum muda yang menyaksikannya disana. saya yakin karya roh bekerja dengan banyak cara. Menyaksikan dan melihat prosesi ini saya kira akan memberi insight dan inspirasi yang tidak ternilai buat banyak kaum muda.



Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

Kamis, 17 Juli 2008

Pope's message at The End of The Earth

Berikut ini adalah kutipan-kutipan inspiratif dari sambutan Bapa Suci kepada Kaum Muda di WYD 2008 Sydney:


"In our personal lives and in our communities, we can encounter a hostility, something dangerous; a poison which threatens to corrode what is good, reshape who we are, and distort the purpose for which we have been created. Examples abound, as you yourselves know. Among the more prevalent are alcohol and drug abuse, and the exaltation of violence and sexual degradation, often presented through television and the internet as entertainment. I ask myself, could anyone standing face to face with people who actually do suffer violence and sexual exploitation “explain” that these tragedies, portrayed in virtual form, are considered merely “entertainment”? "

"There is also something sinister which stems from the fact that freedom and tolerance are so often separated from truth. This is fuelled by the notion, widely held today, that there are no absolute truths to guide our lives. Relativism, by indiscriminately giving value to practically everything, has made “experience” all-important. Yet, experiences, detached from any consideration of what is good or true, can lead, not to genuine freedom, but to moral or intellectual confusion, to a lowering of standards, to a loss of self-respect, and even to despair"

"Life is not governed by chance; it is not random. Your very existence has been willed by God, blessed and given a purpose (cf. Gen 1:28)! Life is not just a succession of events or experiences, helpful though many of them are. It is a search for the true, the good and the beautiful. It is to this end that we make our choices; it is for this that we exercise our freedom; it is in this – in truth, in goodness, and in beauty – that we find happiness and joy. Do not be fooled by those who see you as just another consumer in a market of undifferentiated possibilities, where choice itself becomes the good, novelty usurps beauty, and subjective experience displaces truth"

"There are many today who claim that God should be left on the sidelines, and that religion and faith, while fine for individuals, should either be excluded from the public forum altogether or included only in the pursuit of limited pragmatic goals. This secularist vision seeks to explain human life and shape society with little or no reference to the Creator. It presents itself as neutral, impartial and inclusive of everyone. But in reality, like every ideology, secularism imposes a world-view. If God is irrelevant to public life, then society will be shaped in a godless image. When God is eclipsed, our ability to recognize the natural order, purpose, and the “good” begins to wane. What was ostensibly promoted as human ingenuity soon manifests itself as folly, greed and selfish exploitation. And so we have become more and more aware of our need for humility before the delicate complexity of God’s world"


"Do we recognize that the innate dignity of every individual rests on his or her deepest identity - as image of the Creator - and therefore that human rights are universal, based on the natural law, and not something dependent upon negotiation or patronage, let alone compromise? And so we are led to reflect on what place the poor and the elderly, immigrants and the voiceless, have in our societies. How can it be that domestic violence torments so many mothers and children? How can it be that the most wondrous and sacred human space – the womb – has become a place of unutterable violence?"


Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

Super Thursday and Super Star

Kehadiran Bapa Suci di tengah-tengah kaum muda pejiarah dan juga secara publik di Australia rupanya memberikan daya tarik sendiri. Dari Rose Bay dengan kapal, dimana banyak orang juga mengelu-elukkan dari seberang, sampai di Barangaroo dan sudah ditunggu ratusan ribu kaum muda, ketika Bapa Suci berbicara kepada kaum muda dengan pesan-pesan yang sangat kuat, sampai ketika Bapa Suci dengan Popemobile menyusuri jalan-jalan di Sydney menuju St. Mary's Cathedral.

Hari ini memang Super Thursday......karena mereka menerima kehadiran Super Star di tengah-tengah mereka.



Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

Receive The Power

Saya yakin bagi kaum muda yang hadir di Barangaroo, moment seperti di bawah ini merupakan moment yang bisa menggerakan dan memberi inspirasi.

Theme Song WYD 2008 dinyanyikan seusai berkat Bapa Suci dalam pertemuan pertama kali beliau dengan para pejiarah di Barangaroo Kamis sore tadi.




Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy