Senin, 28 Juli 2008

Ignatius di Roma- Novena Hari 7

Ignatius dan para sahabatnya setelah diteguhkan dalam Latihan-Latihan Rohani, bertekad teguh untuk mengabdikan diri mereka kepada Gereja. Itulah sebabnya, Ignatius pada tahun 1537 pergi ke Roma untuk memberikan diri mereka pada Bapa Suci dalam semangat ketaatan kepada Gereja.

Ignatius sungguh diterima oleh Paus Paulus III pada waktu itu, dan dalam kesempatan itu Ignatius juga mengungkapkan keinginan mereka untuk pergi ke Yerusalem dan bekerja disana sebagai sebuah impian dan cara untuk melayani Gereja. Agaknya Bapa Suci sendiri tidak terlalu antusias untuk mengirim mereka ke Tanah Suci, dan sebaliknya dalam sebuah kesempatan, secara spontan Bapa Suci pernah mengatakan “Mengapa kamu begitu ingin pergi ke Yerusalem? Itali bisa menjadi sebuah Yerusalem kalau kalian memang sungguh-sungguh mau bekerja bagi Gereja”. Nampaknya perkataan Bapa Suci ini dalam kesempatan berikutnya sungguh menjadi nyata.

Roma pada waktu itu terancam bahaya kelaparan, banyak gelandangan, pengungsi dan juga tingkat pertumbuhan ekonomi yang buruk akibat adanya perang Turki yang mempengaruhi stok pangan dan kebutuhan hidup lainnya. Setting kota yang seperti ini menjadi kesempatan buat Ignatius dan kawan-kawannya untuk berbuat sesuatu membantu banyak orang yang menderita dalam kegiatan social. Kegiatan Ignatius ini menjadi sungguh signifikan dan besar sampai-sampai ribuan orang sudah dilayani oleh mereka. Lambat laun mereka mulai sadar bahwa impian pergi ke Yerusalem bukanlah sesuatu yang realistis, mengingat situasi politik dan ekonomi, dan apalagi kalau melihat apa yang ternyata bisa mereka buat di Roma pada waktu itu.

Renungan:

Dalam spiritualitas Ignasian, impian atau keinginan seringkali merupakan pintu masuk untuk menemukan hidup anda dan juga bahkan menemukan kehendak Tuhan sejauh anda mau membawa dan menimbang-nimbangnya di dalam doa dan percakapan hidup anda.

Setiap kali kita melakukan Latihan Rohani, ataupun berdoa secara Ignasian, kita selalu diajak meminta rahmat secara spesifik, yang kita dambakan di awal doa kita. Mengapa demikian? Karena doa dan hidup kita adalah 2 hal yang integral dan terkait satu sama lain. Rahmat Tuhan bekerja lewat kodrat kita sebagai manusia dengan segala dimensinya. Dalam impian-impian kita, energi untuk hidup dan berkembang itu sungguh nyata dan tumbuh. Integrasi keduanya dalam doa dan lewat pembedaan roh sebenarnya merupakan inti pokok dalam spiritualitas Ignasian.

Sekarang soalnya adalah: apakah anda masih berdoa dan memiliki impian hidup? Ataukah 2 hal ini seringkali merupakan 2 hal yang terpisah? Sejauh mana hidup anda merupakan hidup yang terinspirasi dari doa-doa anda? atau hidup anda hanya terinspirasi dari impian anda saja? Ataukah anda hanya hidup dari harapan-harapan kosong doa anda yang lepas dari realitas sehari-hari? Masihkah menemukan ruang dimana energi dalam impian anda itu anda "timbang-timbang" dalam doa dan percakapan anda dengan Tuhan?

Bisa ditutup dengan Doa Novena St. Ignatius Loyola


Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

0 comments: