Perjalanan hidup Inigo setelah Manresa dipenuhi dengan kekecewaan, tantangan dan frustrasi. Keinginannya untuk mengajarkan injil dan berkotbah pun membawanya berurusan dengan lembagai Inkuisisi Gereja. Bagaimana mungkin seorang awam, pada waktu itu, yang tidak pernah mengenyam pendidikan seminari mau berkotbah? Otoritas Gereja dan bahkan sekuler rupanya menentang niat mulia Inigo ini, karena dikuatirkan hanya akan menyesatkan orang. Inigo tidak patah semangat. Dia tetap berusaha dan gigih untuk bisa melayani banyak orang walaupun harus menghadapi tantangan dari banyak sisi.
Dia sadar bahwa cara satu-satunya untuk dapat diterima secara kredibel di mata Gereja adalah dengan ditahbiskan. Untuk itu dia rela kembali untuk mengenyam pendidikan, belajar bahasa latin dan juga teologi. Di usianya yang menjelang 40 tahun, dia rela untuk bersama belajar bahasa latin dengan anak-anak usia 20 tahunan. Sikap rendah hatinya ini berbuah besar di kemudian hari.
Renungan:
Bisa dilanjutkan dengan Novena St. Ignatius
Renungan:
Ingatkah anda akan masa-masa dimana anda merasa banyak memiliki tantangan dan halangan dalam mewujudkan cita-cita dan harapan yang baik dalam hidup anda? apakah anda dengan rendah hati tetap teguh memegang cita-cita itu, dan berusaha dari langkah ke langkah untuk mewujudkannya? Apakah anda pernah merasa malu, rendah diri karena dianggap tidak kompeten dalam usaha anda ini?
lihatlah kembali pengalaman anda itu, dan bagaimana anda menyikapinya. Bagaimanakah pengalaman Inigo bisa menjadi inspirasi buat anda?
Bisa dilanjutkan dengan Novena St. Ignatius
0 comments:
Posting Komentar