Selasa, 07 Agustus 2007

Beberapa Pokok Penting Dalam Berdoa (3-Habis)

Tidak perlu merenungkan terlalu banyak point atau bahan doa

Kita sebaiknya tidak terlalu banyak membawa bahan atau point doa dalam doa kita. Persiapkanlah doa anda sesuai dengan waktu doa yang tersedia. Terlalu banyak point doa hanya cenderung membuat doa kita seperti mengejar “target”. Sebaliknya, bila dalam satu atau doa ayat dalam kitab suci, atau dalam sebuah pertanyaan reflektif kita merasa tersentuh secara mendalam, maka sangatlah baik untuk fokus, tinggal dan mencecap-cecap disitu. Bila kita sunggu merasakan sentuhan kehadiran Tuhan sendiri entah dalam rahmat konsolasi (kegembiraan atas rahmat Tuhan) atau Desolasi (perasaan menyesal atas dosa-dosa kita) maka sebaiknya kita perlu berserah dan percaya bahwa itu adalah saat dimana Allah sendiri mau bertemu dan berbicara dengan kita.

Pengulangan atau Repetisi dalam doa sangat dianjurkan dalam spiritualitas Ignasian

Mengulangi doa kita lebih dianjurkan daripada kecenderungan untuk berpindah ke dalam bahan doa lain. Prinsip dalam spiritualitas Ignasian dalam hal ini adalah “not many but much”. Bukan banyaknya point atau pemahaman spiritual yang penting, tetapi kedalaman pengalaman tersebut dalam hidup doa kita. Dalam banyak hal, sangatlah baik untuk mengulang doa dimana kita mendapat rahmat rohani yang mendalam ketimbang merenungkan point baru dalam doa-doa kita.

Konsolasi/hiburan rohani bukanlah tujuan doa kita

Bila kita berdoa, perlulah diingat bahwa kita bukan mencari konsolasi atau hiburan rohani tetapi mau bertemu dan berkomunikasi dengan Tuhan sendiri. Tuhanlah sumber konsolasi yang sejati.

Kita menjadi obyek yang kita kontemplasikan

(We become whom we contemplate, George Aschenbrenner, SJ)

Salah satu metode berdoa dalam spiritualitas Ignasian adalah kontemplasi. Dengan kontemplasi berarti kita berdoa dengan menempatkan diri kita dalam konteks peristiwa yang terjadi dalam Injil, membayangkan tempatnya, melihat orang-orang yang terlibat disana dan merasakan bahwa anda sendiri hadir disitu bersama Yesus sendiri. Berkontemplasi berarti hadir dan merasa serta berpikir seperti orang-orang yang ada dalam peristiwa Injil tersebut. Yang lebih penting lagi, berkontemplasi berarti menyelami alam pikiran, hati dan tindakan Yesus sendiri. Mau berpikir sebagaimana Yesus sendiri, merasa sebagaimana Yesus merasa, dan juga bertindak sebagaimana Yesus bertindak serta mencintai sebagaimana Yesus mencinta. Dengan doa kontemplasi ini kita akan menjadi semakin intim dengan keutamaan-keutamaan Injili dan juga cara bertindak dan pikiran Yesus sendiri.

Catatlah buah-buah rohani dan dinamika pengalaman doa kita

Mencatat buah doa dan pengalaman rohani dalam doa akan memberi sumbangan yang berguna dalam mengembangkan hidup doa kita. Ambilah waktu untuk mencatat segala hal yang terjadi dalam doa, buah-buah rohani, insight, ataupun juga kecenderungan-kecenderungan yang dialami ataupun juga hambatan-hambatan yang dirasakan. Kegiatan ini biasanya dilakukan setelah proses doa formal selesai dilakukan.

Doa yang sejati akan menggerakkan kita untuk mencinta

Doa yang sejati akan memberi inspirasi dan dorongan dalam diri kita untuk merespons. Semakin kita otentik dan tulus dalam berdoa, hidup kita akan menjadi lebih transformatif, dan tergerak untuk mau mencintai sesama sebagaimana Yesus sendiri tunjukkan dalam doa-doa kita. Doa yang sejati itu transformatif dan bukan sekedar tindakan kesalehan belaka. Pokok ini sendiri sangat ditekankan di hari-hari terakhir dalam dinamika Latihan Rohani Santo Ignatius.


Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

0 comments: