Rabu, 01 Agustus 2007

Hidup Doa Kita

Salah satu tanda yang menjanjikan di jaman ini adalah fenomena dimana tidak sedikit orang yang merindukan kedalaman hidup doa dan pengalaman iman akan Tuhan dalam hidup mereka. Fenomena ini nampaknya seperti sebuah paradox: ketika budaya jaman ini seolah menjadi semakin sekular, makin banyak orang yang kehausan akan pengalaman spiritual. Dalam era Teknologi Informasi yang serba cepat, tidak sedikit orang yang kembali merindukan kebijaksanaan dan kedalaman.

Berdoa, dan mengalami pengalaman rohani dan iman masih menjadi kerinduan banyak orang dewasa ini, apalagi ketika hidup dirasa menjadi hambar dan ketika hampir semua keinginan, kebutuhan dan ambisi sudah terpenuhi. Namun tidak jarang orang mengeluh sulit berdoa, atau merasakan doanya menjadi kering, atau banyak pikiran dan pekerjaan sehingga merasa tidak “khusuk” dalam berdoa. Atau tidak jarang mentalitas doa kita adalah mentalitas consumer. Doa kita ibaratkan seperti “vending machine”: masukkan koin, pilih, lalu keluarlah sesuatu yang kita inginkan. Allah jauh disana adalah “vending machine”-nya, doa kita adalah koin-nya lalu terkabulnya doa kita adalah hasilnya. Seringkali kita memahami doa dalam realitas yang demikian.

Kekeringan dalam hidup doa, tidak focus, tidak bisa tenang, merasa dalam doanya tidak terjadi apa-apa, bosan berdoa, atau sering merasa terganggu dengan banyak pikiran soal problem pribadi dan pekerjaan seringkali di satu sisi menjadi tanda bahwa kita punya konsep dan anggapan bawah sadar bahwa hidup doa dan relasi dengan Allah adalah sesuatu yang “terpisah” dengan realitas hidup kita. Realitas Allah kita anggap sebagai realitas yang jauh suci di atas sana sehingga segala pikiran, perasaan dan emosi yang lekat dengan realitas hidup kita, dianggap sebagai sebuah “gangguan” dalam doa ketika hal-hal tersebut muncul di tengah aktivitas doa kita. Tidak jarang, mereka yang hendak membangun hidup doa akhirnya mengalami bahwa doa menjadi sesuatu yang tidak menarik, sulit dan melelahkan. Dalam spiritualitas Ignasian, inilah yang disebut dengan “split spirituality”.

Sikap doa yang baik justru terjadi bilamana itu muncul sungguh dari kedalaman hati kita; bilamana kita membawa kepada Tuhan realitas hidup nyata, perasaan dan keprihatinan diri kita yang terdalam: beban, suka duka, kegembiraan. Singkatnya, ketulusan kita berada di hadapan Tuhan akan menentukan perkembangan hidup doa kita. Tuhan bisa berbicara dalam kegelisahan kita, imaginasi kita, beban pikiran dan juga setiap perasaan yang hadir pada saat berdoa.

Disinilah pentingnya sikap hening, terbuka, jujur di hadapan Tuhan, kejernihan budi dalam mendalami sabdaNya ketika kita berdoa dan juga kesetiaan dalam setiap doa-doa kita setiap hari walaupun kadang kita tidak mengalami sesuatu yang “istimewa” di dalamnya.

Doa adalah mempersembahkan diri kita pada Allah dan berkomunikasi denganNya secara otentik. Inilah keutamaan doa, yaitu ketika kita dengan penuh cinta bercakap-cakap denganNya, mempersembahkan diri kita, yang walau penuh dosa, tidak sempurna, berbeban berat dan berkekurangan, namun tetap percaya bahwa Tuhan selalu mendampingi. Itu sebabnya doa adalah soal iman dan kesetiaan kita untuk selalu percaya bahwa Tuhan dekat dan mendampingi.

Bagaimanakah hidup doa anda?


Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

4 comments:

Anonim mengatakan...

Doa adalah komunikasi dengan Tuhan, jadi berbentuk dialog

-Finding God in All Things- mengatakan...

Persis sekali.Itulah sebabnya, sebagaimana sudah disebut, bahwa doa adalah berkomunikasi dengan Tuhan secara otentik. Membuka diri kepada Tuhan supaya bisa mendengarkanNya itu menjadi titik penting dalam persiapan dan sikap doa kita. Beberapa pedoman pokok soal doa akan diposting kemudian.Terima Kasih sudah mampir disini.

Anonim mengatakan...

supaya bisa doa dalam bentuk dialog kita harus rajin baca Kitab Suci.
Bagaimana kehidupan doa anda?
susunan doa yang saya jalani dan sangat baik pengaruhnya adalah sbb:
1. Adorasi
dengan adorasi, saya makin mencintai, menghormati Tuhan, serta iman saya semakin kuat karena saya menyadari kebesaran Tuhan.
2.Confesion
confesion bukan hanya ,apa yang sudah saya perbuat yang tidak berkenan pada Tuhan, tapi termasuk juga apa yang seharusnya saya perbuat (kasih) tapi saya tidak buat.
akibat confesion saya menjadi lebih peka dan berhati-hati dalam bertindak di hari-hari esok.
3.Thanks giving.
dengan bersyukur atas segala penyelenggaraan Tuhan, kebaikan Tuhan, bahwa Tuhan tidak pernah terlambat menolong, bahwa Rencana Tuhan selalu indah pada waktunya, saya menjadi kuat untuk menjalani hari-hari yang sulit.
4.Supplication.
dengan sering baca kitab suci kita tau, apakah yang akan kita minta itu sesuai rencana Tuhan dan mendatangkan kebaikan bagi kita. jadi kita tidak asal minta.

(sharing doa permohonan saya dalam bentuk dialog: waktu kenaikan gaji, saya dan teman-teman mengomel karena naiknya cuma sedikit padahal perusahaan mengalami keuntungan yang cukup besar. Malamnya waktu saya berdoa (berkomunikasi dengan Tuhan) mengucap syukur atas kenaikan gaji, Tuhan menegur saya,: "apakah perbuatan kamu tadi siang dikantor, yang mengomel bersama teman-teman karena kenaikan gaji yang kecil merupakan ungkapan syukur kamu?". Mulai saat itu saya selalu mengungkapkan rasa syukur saya dalam tindakan juga, bukan hanya dalam doa.

Terima kasih

-Finding God in All Things- mengatakan...

Terima kasih buat sharingnya. Baik sekali bahwa anda memiliki struktur doa yang sudah mapan dilakukan dalam hidup harian. Silakan tetap mengunjungi blog ini karena soal doa masih menjadi pokok beberapa hari ke depan, termasuk di dalamnya meditasi ignasian,pembedaan roh dan juga kontemplasi dalam spiritualitas ignasian. Tentunya semua ini tidak dilepaskan dari Kisah Hidup Yesus sendiri. Terima kasih untuk sharingnya.