Sabtu, 01 September 2007

Bulan September Dalam Serikat Yesus

Bulan September, historically, sangat bermakna bagi Serikat Yesus Internasional dan juga Serikat Yesus Indonesia. Dalam sejarah Serikat Yesus, kita bisa mengetahui bahwa pada tanggal 27 September 1540, Paus Paulus III menyetujui dan mengesahkan berdirinya Serikat Yesus lewat Bulla "Regimini Militantis Ecclesiae". Dalam promulgasi Bulla ini disahkan pula Formula Instituti Serikat Yesus (ini seperti preambule dalam Undang-Undang Dasar). Perlu dicatat bahwa pada saat itu walaupun Paus Paulus III menyetujui berdirinya Serikat Yesus, namun beliau membatasi anggota Serikat Yesus hanya sampai sebanyak 60 orang. Dalam Formula Instituti ini salah satunya disebutkan secara khusus bahwa Serikat Yesus siap sedia diutus kemana saja oleh Bapa Suci untuk melakukan tugas-tugas misioner. Pada tanggal 21 Juli 1550, Paus Julius III mengeluarkan Bulla "Exposcit Debitum" yang merupakan final approval berdirinya Serikat Yesus, dan sekaligus menghilangkan ketentuan pembatasan jumlah anggota sebagaimana disebut dalam Bulla "Regimini Militantis Ecclesiae".

Bagi Serikat Yesus Indonesia, bulan September tahun 2007 ini adalah tepat satu windu (8 tahun) pengalaman kemartiran pertama yang dialaminya. Pada bulan September ini Serikat Yesus Provinsi Indonesia akan mengenang kembali kemartiran dari Pater Tarcisius Dewanto, SJ dan Pater Albrecht Karim Arbie, SJ yang terbunuh pada September 1999 di Timor Timur. Tentunya sebagai penghormatan dan pengenangan akan kedua sahabat Yesuit martir ini, www.ignatiusloyola.net akan menurunkan tulisan tentang pengalaman kemartiran ini tepat pada tanggal 6 September.

Pater Dewanto dibunuh oleh Milisi Timor-Timur di Gereja Suai pada tanggal 6 September 1999 ketika melindungi umat yang berlindung di dalam Gereja dari kejaran dan ancaman para milisi bersenjata. Menurut kesaksian dari mereka yang selamat, Pater Dewanto, SJ ditembak dari belakang ketika menyerukan kepada para milisi untuk menghentikan tembakan dan ancaman kepada umat yang ada di dalam Gereja. Setelah membunuh Pater Dewanto, para milisi juga membunuh 2 imam praja yang ada di dalam Gereja. Jenazah mereka ditemukan beberapa hari kemudian, dikuburkan di dekat pantai. Pater Dewanto, SJ pada saat itu berumur 34 tahun dan baru kurang lebih satu bulan ditahbiskan menjadi seorang imam.

Pater Albrecht Karim Arbie, SJ ditembak di depan Pastoran Jesuit di Taibessi tanggal 12 September 1999 (6 hari setelah terbunuhnya Pater Dewanto, SJ) ketika waktu itu Timor-Timur berada dalam suasana chaotic akibat jajak pendapat. Suasana yang kacau dan banyaknya milisi bersenjata dan kontak-kontak senjata tidak menggentarkan beliau untuk tetap bertahan di Timor-Timur. Beliau tetap setia untuk berada disana dan tidak "mengungsi" seperti kebanyakan pejabat Gereja Timor-Timur yang pada waktu itu tunggang langgang. Dalam usia tuanya, 70 tahun, Pater Albrecht yang adalah seorang missionaris Jesuit dari Jerman yang sudah lama berkarya di Indonesia ini dengan berani tetap hadir dalam suasana konflik yang sangat berbahaya di Timor-Timur. Timah panas memang mengakhiri hidupnya, namun cerita dan pesan dari hidupnya akan tetap selalu bergema, dan menyuburkan Gereja Timor-Timur. (Timor Leste sekarang).

Setelah mengenang kemartiran sahabat Jesuit di atas, pada bulan September ini ada seorang figur Jesuit Indonesia yang dikenal banyak orang dan aktif dalam dialog antar umat beragama akan merayakan pesta emas sebagai Jesuit. Beliau adalah Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ yang pada tanggal 7 September mendatang merayakan 50 tahun hidup sebagai seorang Jesuit. Kardinal Julius sebelum diangkat menjadi seorang Uskup pada tahun 1983 adalah juga Provinsial (Pimpinan) Serikat Yesus Indonesia di awal tahun 1980-an. Beliau masuk Serikat Yesus pada tanggal 7 September 1957, pada umur 23 tahun. Selengkapnya tentang beliau akan dihadirkan di www.ignatiusloyola.net pada tanggal 7 September mendatang. Bersama dengan Kardinal Julius, Pater Madyasusanta, SJ di Seminari Mertoyudan juga merayakan pesta emas dalam Serikat Yesus. Selain itu pada tanggal yang sama ada beberapa Jesuit lain yang merayakan 60 tahun dalam Serikat Yesus: Pater Louis Leahy, SJ (STF Driyarkara), Pater Opzeeland, SJ (Universitas Sanata Dharma/Kolese St. Ignatius, Yogyakarta), Pater Waskito, SJ dan Pater Oosthout, SJ. Keempat orang ini adalah para Jesuit missionaris dari Canada dan Belanda.

Tentunya, cerita tentang para Jesuit ini adalah cerita tentang soal kesetiaan dalam panggilan hidup sebagai Jesuit lewat cara, tantangan dan juga dinamika yang berbeda-beda. Terkadang kesetiaan terhadap panggilan itu harus dibayar mahal lewat pengorbanan hidup dan juga nyawa sepert dialami Pater Dewanto, SJ dan Pater Albrecht, SJ. 50 tahun sebagai Jesuit dalam diri Kardinal Julius juga merupakan sebuah peristiwa yang patut dirayakan dengan penuh syukur.

Tidak lupa untuk dirayakan adalah Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria pada tanggal 8 September ini. Serikat Yesus dan Santo Ignatius memiliki rasa hormat dan devosi mendalam terhadap Santa Perawan Maria. Tentang Pesta Kelahiran Santa Maria ini tentu juga akan diangkat disini.

Selamat mengikuti, dan tetap kunjungi www.ignatiusloyola.net di hari-hari mendatang ini.

Ad Maiorem Dei Gloriam!


Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

0 comments: