Rabu, 05 September 2007

Tantum Quantum

Orang jaman ini seringkali cenderung untuk mencari uang dan keuntungan serta sukses lewat cara-cara yang cepat dan lewat jalan pintas, serta rela berjam-jam menghabiskan waktu di kantor atau dalam pekerjaan sejauh mendapat bayaran/gaji/honor yang tinggi. Tanpa visi yang jelas dan sejati, ambisi akan uang yang demikian ini perlahan-lahan akan memperdaya diri kita. Henry Ford pernah mengatakan sesuatu yang relevan berkaitan dengan hal ini:

"business must be run at a profit, else it will die. But when anyone tries to run business solely for profit, then also the business must die, for it has no reason to exist."

Ketika kita selalu menempatkan uang dan keuntungan materi sebagai yang terutama dalam hidup dan pilihan kita, sukses biasanya tidak akan pernah bertahan lama. Ketika orang selalu menempatkan uang pada prioritas yang utama, maka biasanya orang tersebut akan kehilangan orientasi dan inspirasi soal apa yang benar-benar penting dalam hidup mereka.

Bekerja hanya semata-mata demi uang dan keuntungan materi memiliki resiko dan “bayaran” yang terlalu besar. Bila kita hanya bekerja demi uang, maka hidup kita hanya akan selalu berputar-putar pada soal “having” dan “getting”, bukan lagi soal “being” apalagi “giving”. Kalau uang menjadi tuan dalam hidup kita, maka kita sudah menempatkan hidup kita pada sebuah risiko dimana kita tidak pernah akan menikmati hidup kita sendiri dan dunia sekitar. Kita hanya akan terlalu sibuk demi uang. Bekerja hanya demi uang akan membuat kita tidak memiliki perspektif hidup yang luas, tidak inspiratif, kehilangan kreativitas, dan selalu dihantui kekuatiran akan kekurangan materi atau kenikmatan hidup. Bekerja hanya demi uang hanya akan membuat kita selalu berpikir untuk mempertahankan “comfort zone” kita. Bekerja hanya demi uang akan merusak relasi kita dengan orang yang kita cintai. Siapa sih yang akan percaya akan integritas diri kita kalau motivasi utama kita selalu soal uang?

Dalam riset psikologi ditemukan pula bahwa mereka yang punya okupasi tinggi terhadap uang dan materi sangat rentan dan mudah terserang gangguan-gangguan psikologis seperti stress, psikosomatis, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, migraine, ulcers dan insomnia.

Obsesi akan uang hanya akan membuat hidup kita menjadi monoton dan statis. Mengapa demikian? Karena mereka yang memberi prioritas dan bermotivasi melulu pada uang dan keuntungan itu memiliki paradigma bahwa uang harus menjadi yang pertama. Bila kebutuhan finansial tercukupi maka apa yang berharga dalam hidup akan datang dengan sendirinya: “money is now; Happiness is soon”. Orang-orang ini sebenarnya bertaruh dengan hidupnya sendiri yaitu ketika uang sudah terpenuhi maka semua tujuan hidup, impian-impian dan juga relasi akan terpenuhi dengan sendirinya. Pertanyaannya: berapa uang yang dibutuhkan untuk mengatakan cukup dan aman? Dan berapa lama mereka harus menunggu untuk bisa mengatakan bahwa kebutuhan finansial mereka sudah terpenuhi?

Tentu saja, uang sangatlah penting. Jangan menganggap remeh uang, tetapi di sisi lain tidak perlu juga berlebihan soalnya. Banyak orang selalu mengatakan:

“ketika saya sudah mapan secara finansial, maka saya dapat berbuat apa saja yang saya ingin lakukan”.
Ini hanyalah sebuah ilusi dan tidak akan pernah terjadi. Pendapat yang macam ini adalah “Money Trap”. Money Trap adalah sebuah situasi dimana anda harus meraih kemapanan finansial terlebih dahulu sebelum melakukan apa yang berharga dan penting buat hidup anda; sebelum anda melakukan apa yang anda cintai; sebelum anda melakukan sesuatu untuk mereka yang anda cintai.

Dalam spiritualitas Ignasian, kita mengenal sebuah istilah “tantum quantum” yang artinya kurang lebih “sejauh hanya”. Istilah ini tentunya sangat berkaitan dengan Latihan Rohani no. 23 yang disebut sebagai Azas dan Dasar Latihan Rohani :

“Man is created to praise, reverence, and serve God our Lord, and by this means to save his soul. And the other things on the face of the earth are created for man and that they may help him in prosecuting the end for which he is created. From this it follows that man is to use them as much as they help him on to his end, and ought to rid himself of them so far as they hinder him as to it…”

Tantum Quantum berbicara soal pentingnya membedakan antara “sarana” dan “tujuan”. Uang tidak boleh pada dirinya sendiri akhirnya menjadi tujuan dalam hidup kita. Bila dengan uang akhirnya kita tidak bisa berkembang seturut tujuan kita diciptakan dan hidup sebagai seorang pribadi dan Katolik yang baik, maka tentunya kita sudah terkaburkan orientasinya tentang “tujuan” dan “sarana”. Tantum Quantum dan Latihan Rohani no.23 (Azas dan Dasar) selalu memberi arah pada hidup kita sebagai orang beriman untuk menyadari tujuan hidup kita dan untuk selalu menyadari makna hidup kita di tengah sesama dan di hadapan Tuhan sebagai ciptaanNya. Ketika uang dan materi sudah menjadi tujuan dan prioritas hidup kita ada bahaya bahwa bisa jadi hidup kita pun sudah kehilangan orientasinya yang sejati.


Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

0 comments: