Rabu, 19 Maret 2008

Dominus Vobiscum - Tuhan Besertamu

TUHAN Yang Mahatinggi mengajar aku berbicara, supaya perkataanku menguatkan orang yang lesu. Setiap pagi Ia membangkitkan hasratku untuk mendengarkan ajaran-Nya bagiku.
Sebab TUHAN Allah menolong aku, maka aku tidak dipermalukan. Aku menguatkan hatiku supaya tabah; aku tahu aku tak akan dipermalukan.
(Yesaya 50:4,7)

Permenungan tentang Kisah sengsara Tuhan mau tidak mau akan membawa kita untuk menempatkan diri pada disposisi "dimanakah tempat bagi Tuhan dalam diri kita?". Pertanyaan ini secara lebih dalam akan mengajak kita untuk melihat sedalam apa peran dan karya Allah benar-benar kita sadari dalam hidup kita. Apakah kita cukup berserah kepada Allah? Apakah kita sungguh mempersembahkan diri kita kepada Allah, segala suka duka, tangis dan tawa kita, kita bawa kepadaNya? Apakah benar bahwa Allah adalah penyelamat kita?

Disposisi penyerahan diri inilah yang memampukan Yesus untuk bergerak maju menuju Yerusalem, yang adalah salib berat dan sengsaraNya.

Apakah hati kita tidak tergerak dan tersulut oleh cinta dan penyerahan Yesus yang begitu mendalam ini? Dalam Ekaristi kita selalu diajak untuk mendalami terus menerus misteri penyerahan diri dan kasih Allah dalam diri kita. Apakah hati anda tergerak oleh cinta yang begitu besar ini?



Refrain:

Are not our hearts burning within us?
Are not our lives shared as one bread?
Here in our hands, here in this place,
Jesus our hope, life from the dead.

Verse 1:
In the breaking of the bread,
May we know the Lord.
We were lost and now are found.
Home again with God. (Refrain)

Verse 2:
You are food for all our hunger,
You are all we need.
You are our promise and our hope,
Life for the world. (Refrain)

Bridge:
As this bread is broken,
As this cup is shared,
We give our lives, broken and outpoured,
We will serve the Lord. (Refrain)

Jesus our hope, life from the dead.




Bookmark Artikel Ini:
Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Google Share on Facebook! Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

0 comments: