Siang itu, hampir duapuluh tahun yang lalu, adalah hari pembukaan pendaftaran siswa baru. Saya dan teman-teman sedang duduk-duduk di depan aula seminari sambil mengamati suasana Kolese Gonzaga yang sangat ramai. Kita sungguh menikmati suasana siang itu karena rupanya banyak dari kami yang “menunggu” calon siswa baru untuk mendaftar dan datang. Tiba-tiba dari arah pintu gerbang ada kegaduhan…..semua yang tadinya duduk mulai bangkit dan berdiri mencari tahu ada hiruk pikuk apa di kejauhan. Pelan-pelan terlihat sebuah mobil yang berjalan tersendat akibat dikerumuni siswa Gonzaga…ada yang memukul-mukul badan mobil, ada yang berteriak-teriak sambil tertawa, ada yang menghalang-halangi laju mobil dengan merebahkan diri di atas kap mobil….makin lama makin banyak siswa yang ikut serta. Ternyata di dalam mobil ada seorang calon siswa perempuan beserta ibunya yang hendak mendaftar. Buat mereka berdua, bisa jadi peristiwa ini “mengerikan” dan mengagetkan….mobil mereka dikerubuti anak-anak berambut gondrong dengan tampang yang tidak begitu “bersahabat”…..maklum, Gonzaga waktu itu baru menerima murid perempuan untuk tahun yang ketiga….kita semua yang melihat peristiwa itu terbahak-bahak melihat kekonyolan teman-teman….. Tapi tiba-tiba tawa kami langsung terdiam….Pater Wisnu sudah ada di belakang kami….dan dia terlihat sungguh berang…..Tanpa sepatah kata beliau mengamati yang terjadi…menatap dengan tatapan yang tajam seperti elang yang sedang mencari mangsa…..dan beberapa detik kemudian, seperti seorang petarung yang hendak maju ke gelanggang beliau berjalan dengan langkah kaki yang tegas dan mantap sambil menunjukkan jarinya kepada kerumunan siswa tadi…….Ajaib!..siswa yang melihat Pater Wisnu berjalan ke arah mereka langsung lari tunggang langgang membubarkan dan melarikan diri. Seolah tak mau kehilangan mangsa, Pater Wisnu terus berjalan dan makin kencang…nampaknya beliau sudah tahu siapa yang dituju…..beliau terus mengejar…..plak-plak-plak-plak…beberapa orang terkena tamparan beliau.
Beliau memang keras dan tegas selama menjadi kepala sekolah…gayanya yang seperti tentara atau tukang pukul membuat beliau seringkali ditakuti dan menjadi obyek kebencian para siswa..tak heran kalau banyak siswa Gonzaga waktu itu begitu membencinya, dan bahkan karena kebencian itu, tak jarang kami mendengar isu-isu panas yang dilempar kalangan siswa berkaitan dengan Pater Wisnu. Tapi itu mungkin hanyalah satu sisi Pater Wisnu sebagai pendidik…..hampir duapuluh tahun yang lalu....
Saya masih ingat dulu ketika beliau masih di Katedral Jakarta, setiap kali selesai misa minggu siang, beliau selalu menyapa saya bila bertemu di pintu samping gereja dengan tak lupa mengulurkan tangan. “AWP”…begitu biasa beliau memanggil saya, dan biasanya dilanjutkan dengan sapaan lain menanyakan kabar saya, kabar keluarga, kabar bapak ibu. Beliau memang pribadi yang ramah, yang tidak ragu untuk menyapa orang lebih dulu. Selama saya di dalam Serikat, kesan mendalam akan keramahan Pater Wisnu tidak pernah hilang. Setiap pertemuan Yesuit di Jakarta, ataupun bertemu beliau dimana saja, sapaan hangat itu selalu ada.
Sabtu siang kemarin saya begitu terkejut dan sedih mendengar kabar kepergiannya yang begitu tiba-tiba. Ketika mendapat kepastian dari Pater Riyo bahwa kabar itu benar, dan juga berita selanjutnya bahwa beliau meninggal karena kecelakaan motor, saya berkata dalam hati “Pater, kenapa harus naik motor? Pater sudah tidak muda lagi…..Jogya-Magelang akan lebih nyaman dan aman bila Pater naik mobil saja…57 tahun bukan usia yang muda lagi untuk naik motor…..”
Hari ini Pater akan beristirahat di Getsemani Girisonta….pasti akan saya kunjungi makam Pater di situ bila saya lewat Girisonta nanti suatu waktu. Saya yakin sekarang Pater sudah direngkuh oleh kasih Bapa di surga. Selamat jalan Pater…..Sakit dan lukamu tertabrak truk pasti sudah Dia sembuhkan…tak ada lagi memar, benjolan dan luka-luka di wajahmu.…Selamat bertemu Bapa di surga yang engkau imani...Bunda Maria yang menjadi teladan berimanmu…Santo Ignatius Loyola yang selalu engkau teladani....selamat bertemu Para Kudus dalam Serikat Yesus yang engkau kagumi, bertemu ayahanda yang engkau cintai dan juga selamat bertemu dengan Pater Wibowo, sahabatmu……
Saya hantar Pater dengan doa-doa …semoga beristirahat dalam damai di surga…
Eternal rest, grant unto him, O Lord,
==========================
Motor Senggol Truk, Satu Meninggal
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2011/02/20/78404/Motor-Senggol-Truk-Satu-Meninggal
Mungkid, CyberNews. Kecelakaan terjadi antara sepeda motor Kawasaki Skywave dengan truk pengangkut bumbu dapur di ruas jalan raya Magelang-Yogyakarta km 11. Akibat kejadian ini, seorang pengendara sepeda motor tewas seketika.
Korban tewas merupakan Romo Wisnu Murti, 59, seorang pastor kepala Gereja Katolik Santo Antonius Kotabaru, Yogyakarta. Saat itu, korban sedang dalam perjalanan menuju Kota Magelang dengan mengendarai sepeda motor Kawasaki Skywave.
Menurut keterangan yang dikumpulkan di lokasi kejadian, kecelakaan bermula ketika Romo Wisnu Murti hendak mendahului sebuah truk lewat sebelah kiri. Karena jalan yang tersisa sempit, motor yang dikendarai Romo Wisnu menyenggol badan truk.
"Motor tersebut oleng namun terus melaju. Sampai di depan truk sepeda motor itu tidak lagi terkendali hingga ambruk ke samping kiri. Pengendaranya justru ambruk ke sisi kanan sehingga kepalanya terlindas ban truk," kata saksi mata Endro (50).
Menurut Endro sejumlah warga yang melihat kejadian itu langsung memberikan pertolongan. Namun korban sudah tidak bergerak. "Saya kemudian mengambil koran di rumah untuk menutupi tubuh korban sambil menunggu polisi datang,” tutur Endro.
Jenazah Romo Wisnu sendiri kemudian diangkut menggunakan ambulance yang ada di Gedung Muhammadiyah menuju RSUD Muntilan Kabupaten Magelang untuk menjalani otopsi.
Sopir truk dengan nomor polisi W 8262 XA itu kemudian diamankan di pos lalu lantas Palbapang Mungkid. Ia dimintai keterangan oleh polisi tentang kejadian tersebut. Truk berwarna putih yang mengangkut bumbu dapur juga masih ditahan sebagai barang bukti.
Sementara itu, sejumlah anggota Polres Magelang melakukan kegiatan olah TKP. Kegiatan itu memakan waktu sekitar 30 menit hingga menyebabkan kemacetan lalu lintas sekitar satu km di kedua jalur. Hal ini karena separuh ruas jalan tidak bisa dilewati.
Menurut Endro ruas jalan tersebut cukup berbahaya karena sedang dilakukan pelebaran jalan. Kendaraan hanya bisa melalui bagian jalan aspal, karena jalan tanah di sebelahnya masih dikeraskan dengan pecahan batu (krokos).
0 comments:
Posting Komentar